Ganti Edjaan Lama

balik ke Edjaan Lama

Monday, December 13, 2004

THANK YOU!

My tea's gone cold, I'm wondering why I got out of bed at all
The morning rain clouds up my window and I can't see at all
And even if I could it'd all be grey, but your picture on my wall
It reminds me that it's not so bad
It's not so bad
I drank too much last night, got bills to pay
My head just feels in pain
I missed the bus and there'll be hell today
I'm late for work again
And even if I'm there, they'll all imply that I might not last the day
And then you call me and it's not so bad
It's not so bad and

I want to thank you for giving me the best day of my life
Oh just to be with you is having the best day of my life


(taken from Dido's song Thank You - No Angel album)



Terima Kasih, Baroness
Terima Kasih, Unocal
Terima Kasih, Pertamedika


Terima Kasih Mick Watters, Jay Wade, Gusti, Budar, Irlan, Oom Moses, Pak Wempy Yesnat
Terima Kasih galley dan seluruh stafnya
Terima Kasih Pak Boyran, Trevor Forbes
Terima Kasih Accang, Yauri, Ical, Adi, Nicko, Benny
Terima Kasih Remote Area Services Rumah Sakit Pertamina Balikpapan
Terima Kasih Balikpapan
Terima Kasih Manggar, Batakan, BC
Terima Kasih Klinik Bunda


Terima Kasih Tonna, Anda, Bu Haji
Terima Kasih Dr. Krigovsky, Dr. Wis, Dr. Syamsul
Terima Kasih Smith, Pak Anton, Nono

Terima Kasih Tuhan

Untuk semua episode manis getirnya kehidupan rig dan romantika hidup kuli minyak
Yang telah dibagi bersama.
Terima Kasih

Untuk semua salah dan dosa yang tercipta
Mungkin tanpa disadari dan pasti tidak disengaja
Hanya Maaf yang bisa saya mohonkan

Selamat Tinggal, Baroness!
Be Safe, as usual!

Saturday, December 11, 2004

HOW OLD IS TOO OLD?

How old is too old?
Pertanyaan itu kerap mengisi benak saya dalam beberapa hari ini.
Berawal dari bincang santai dengan seorang sahabat yang lama hilang tak tentu rimbanya. Dulu saya satu kampus dengannya. Selepas kuliah pun masih sempat sama-sama luntang-lantung di Jakarta. Sebelum dia memutuskan untuk mengabdi di daerah terpencil, saat saya masih asyik dibuai gemerlap Jakarta.

Lama setelah itu saya kehilangan kontak dengannya. Sampai suatu ketika mendadak dia menelepon. Ketika mendengar suaranya dari seberang sambungan telepon, pertanyaan yang remeh-remeh khas dua sahabat yang lama berpisah pun terlontar. Termasuk pertanyaan standar dokter umum: Kapan sekolah (spesialis) lagi?

"Saya memutuskan nggak lanjut spesialis" ujarnya. Kalau begitu pasti S-2, tanya saya lagi. Jawaban berikutnya yang cukup mengagetkan saya.
"Saya merasa terlalu tua untuk sekolah"

Terlalu tua untuk sekolah?
Kok rasanya saya jadi jengah mendengar kalimat itu?
Kalaupun sekarang saya juga sudah memilih untuk tidak jadi spesialis, alasannya sama sekali bukan itu. Sederhana saja. Saya belum punya cukup tabungan untuk sekolah spesialis, yang semakin hari semakin tak terjangkau. Itu saja. Kalaupun - jika bisa berandai-andai - mendadak saya kejatuhan duit dari langit, bisa dipastikan Januari nanti saya sudah akan sibuk mengurus berkas untuk sekolah. Mungkin bukan sekolah spesialis, bisa jadi S-2 tapi yang jelas saya sampai saat ini belum pernah merasa terlalu tua untuk sekolah.

Percakapan itu membuat ingatan saya menerawang ke sebuah artikel yang pernah saya baca di sebuah majalah asing. Tentang seorang penderita Diabetes Mellitus yang memilih belajar menjadi dokter untuk mengobati Diabetes.
Menurut Anda biasa saja? Banyak kisah seperti itu?
Buat saya yang membuat cerita itu menjadi luar biasa adalah karena Richard Bernstein - sang pasien Diabetes itu - memilih kuliah kedokteran di Albert Einstein College of Medicine saat ia berumur 45 tahun! Dan dia tak berhenti sampai disitu. Sekarang dia adalah salah seorang spesialis Endokrinologi dan Diabetes terkemuka di Amerika. Bukunya, Diabetes Solution menjadi best seller di sana.
Kisah Bernstein adalah kisah tentang semangat pantang menyerah.
Semangat untuk terus maju dan tak gampang merasa puas dengan apa yang telah diraihnya. Sebelum sekolah lagi, Bernstein adalah seorang insinyur. Dan pekerjaannya itu cukup menjaminnya dari segi finansial. Istrinya dokter, jadi bisa merawat penyakitnya. Tapi semua itu tidak membuainya. Ketika keinginannya untuk kembali sekolah timbul, tanpa ragu dia melangkah.

Jadi sobat ....................
Belajar dari Bernstein, how old is too old?

Tuesday, November 16, 2004

KETIKA UJIAN RAMADHAN TIBA

Beberapa bulan silam, ketika chatting dengan seorang sahabat saya yang telah 5 tahun menetap bahkan beralih kewarganegaraan di negeri Belanda, kalimat ini sempat terucap.
"Saya senang karena disini situasi sangat kondusif, gak ada diskriminasi, Belanda adalah negeri yang sangat toleran menghargai perbedaan"
Ucapan itu dilontarkannya menyusul pertanyaan seberapa besar peluang bagi saya dan keluarga saya kalo mencoba peruntungan ke sana.
Dengan nada yang penuh semangat kolega saya menghujani negeri barunya itu dengan pujian.

Namun sekitar dua hari lalu, ketika kami kembali bertukar kabar melalui layar mesin cerdas komputer, nada optimis itu hilang ditelan kegalauannya.
Menyusul tewasnya Theo van Gogh, cucu dari maestro Belanda Vincent van Gogh, suasana sontak berubah.
Rentetan pembakaran Mesjid dan sekolah Islam laksana awan gelap yang memayungi situasi kondusif dan penuh toleransi seperti yang pernah digembar-gemborkan sahabat itu.

Sayang memang. Bahwa karena seorang Muslim berdarah Maroko-Belanda membunuh Theo van Gogh, serta merta semua umat Muslim di Belanda lantas dicap bersalah dan harus menerima akibatnya.

Sebagai manusia beradab saya mengutuk tindakan pembakaran itu, seperti juga saya mengutuk pembunuhan Theo van Gogh. Terlepas dari fakta bahwa Theo - dalam berbagai tulisan dan karyanya entah kenapa selalu menjadikan Islam sebagai sasaran - namun kekerasan apalagi pembunuhan tidak lantas menjadi jawabannya.
Kekerasan atas alasan apapun mestinya tidak mendapat tempat di muka bumi ini!

Hari ini hati saya menangis. Darah saya mendidih membaca berita pembakaran itu. Tapi ini tidak harus membuat saya menganggap semua Orang Belanda biadab.
Kedewasaan. Semangat berdamai. Dan kesediaan untuk membuka mata hati bahwa justru perbedaanlah yang membuat dunia ini lebih indah. Itu semua yang kita perlukan menanggapi kasus ini.

Semoga saudara-saudara kita di Belanda bisa berlapang hati. Semoga Ramadhan 30 hari penuh bisa mengajari kita untuk mampu mengendalikan hawa nafsu. Termasuk dendam dan amarah pastinya.
Dan semoga pihak-pihak yang membakar dibuka mata hatinya. Untuk melihat Islam secara lebih proporsional.

Amin.

Sunday, November 14, 2004

SEBUAH EPISODE EID UL-FITR

Dini hari sebelum berangkat ke tempat kerja, sepotong dialog di sebuah rumah sederhana di Balikpapan,

Bapak: "Ayo nak kumpul dulu, bapak mo ngasih ini"
(sembari membagikan duit ke anak-anaknya)
Anak: "Kenapa sih mesti begini Pak? Bapak gak usah bagi duit juga kita senang. Bapak mo pergi lagi ya?"
Bapak: (terdiam sesaat tanpa mampu berkata-kata)
Anak: "Kapan kita bisa kumpul di hari raya Pak? Bukan uang yang kita mau, tapi bapak ada disini bersama kami"
Bapak: (masih diam dengan mata yang berkaca-kaca)

(Hening memaku)

Bapak:"Ya sudah, ambil saja dulu ini, bapak sudah mo ketinggalan pesawat" (dengan suara serak menahan tangis)"Hati-hati ya di rumah"

Masih dengan mata yang basah bapak itu menuturkan kisahnya tadi saat saya duduk bersebelahan dengannya dalam pesawat carteran yang membawa kami mengangkasa melintasi Balikpapan-Tarakan.
"Ini Idul Fitri kesekian kalinya saya tak dirumah, kalau dulu kakaknya masih ada buat menemani dia, tapi sekarang kakaknya sudah kuliah di Jawa"

Satu keluhan klasik kuli minyak di rig lepas pantai.
Tapi tiap kali mendengarnya tetap saja ada yang berat menghimpit di dada
Kali ini pun saya hanya bisa menelan ludah.
Mencoba membasahi kerongkongan yang mendadak terasa seret.
Ikut tercenung dengan mata yang perlahan mulai ikut basah.

-------------------------------------------------------------

Buat yang ada di darat dan bisa berkumpul dengan sanak keluarga
Juga buat yang mesti berada nun di sana jauh dari rumah karena suatu sebab,
Dihari yang fitri ini
saya hanya bisa mengucapkan:

Selamat Hari Raya Idul Fitri
Taqabalallahu minna wa minkum


Semoga kita semua masih diberi kesempatan bertemu Ramadhan berikutnya

Wednesday, November 10, 2004

TEMASEK, HERE I COME!

Setelah terombang ambing ketidakpastian seminggu terakhir, titik terang keliatan mulai terbuka. Dua hari belakangan memang saya lagi gencar-gencarnya negosiasi dengan sebuah perusahaan offshore dari Singapore. Dan kemaren, alhamdulillah, tawaran untuk bergabung itu tiba jua.
Memang masih ada beberapa hal yang perlu klarifikasi, tapi secara umum saya puas dengan tawaran mereka yang jelas diatas rata-rata standar salary negeri kita. Meski untuk ukuran 'sono' jelas masih jauh dibawah. Anyway, this is my second overseas job offer. Dan kalo yang kemaren, peluang kerja di Emergency Room sebuah Rumah Sakit di Saudi Arabia itu saya tolak, kali ini bolehlah untuk dicoba. Toh pertengahan Desember saya resmi jadi penganggur :p


Kalo tiada aral melintang, mulai akhir Desember saya akan bergabung dengan mereka. Lingkungan kerja baru, orang baru, tugas baru, tantangan baru ....... aaahhh adrenalin saya rasanya mulai mengalir.
Temasek, here I come!

Monday, November 08, 2004

RESIGN

Mulai pertengahan Desember 2004 nanti, saya resmi mengundurkan diri dari tempat mencari nafkah selama ini. Tanpa terasa satu setengah tahun telah berlalu.
Satu setengah tahun yang menyenangkan. Belum lama memang. Masih sangat singkat malah! Dan rasanya masih asyik saja bekerja bareng kuli-kuli minyak yang sangat bersahabat itu. Tapi perbedaan prinsip antara saya dan pihak yang mengupah saya kelihatannya tidak bisa dihapus lagi. Walhasil, putusan mesti diambil. Dan saya memilih untuk mundur dari sini.

Ada beberapa hak-hak saya sebagai kuli yang - menurut saya - belum juga dipenuhi. Hak-hak yang -lagi-lagi menurut saya - harus diberikan. Namun meeting terakhir dengan atasan saya tidak memperlihatkan tanda-tanda yang menggembirakan. Padahal sudah cukup lama saya setia menunggu. Pun ketika tawaran untuk pindah ke on-shore di Jawa Barat yang nota bene lebih dekat ke rumah saya datang menggoda. Saya masih bertahan disini. Tak bergeming!

But a man has to do what a man has to do!
Meski berat, mungkin ini malah loose-loose solution, saya tetap merasa harus mempertahankan prinsip. Mungkin dengan mundurnya saya, para majikan saya bisa dapat kuli yang lebih bagus lagi dan tidak 'mbalelo' seperti saya. Namun tentunya harapan saya, semoga mereka bisa mengubah paradigmanya dan mulai melihat pekerja sebagai asset buat usaha mereka. Semoga dengan perubahan pola pandang itu, perlakuan mereka bisa lebih 'manusiawi' untuk semua teman kuli saya yang senasib.
Semoga!

Tuesday, October 26, 2004

PENGANIAYAAN LAGI DI STPDN
Sulitnya Mengubah Tradisi Preman

Kasus penganiayaan praja yunior STPDN terulang lagi. Kali ini korbannya Ikhsan Suheri, calon praja dari Nanggroe Aceh Darussalam. Buntut dari peristiwa ini, menurut Detik.com hari ini, 5 orang praja senior STPDN diperiksa Mapolres Sumedang. Ikut dipanggil dalam pemeriksaan adalah dokter yang bertugas dilembaga itu untuk memberikan keterangan.

Aneh rasanya!
Masih segar di ingatan kita kasus penganiayaan (baca: pembinaan/pen) yang jelas menjatuhkan nama baik lembaga ini beberapa waktu silam, kali ini - seolah gak ada kapoknya - pemukulan kembali terjadi.
Apa nama STPDN memang harus diganti jadi Sekolah Tukang Pukul Dibiayai Negara?
Atau ini memang cermin pendidikan buat para praja yang nantinya akan menjadi among bagi rakyatnya?
Bahwa mereka harus keras, kalau perlu maen gampar, pukul, atau tendang kalo ada rakyatnya yang berbeda paham?
Sebenarnya bahkan ide pembentukan STPDN yang lahir di ORDE BARU pun rasanya sudah tidak sejalan lagi dengan kondisi pasca reformasi.
Kalau hanya untuk mendidik calon pamong, membekali mereka dengan ilmu dan disiplin yang akan mereka perlukan nanti, apa harus dengan cara semi militer?
Yang hanya akan memberikan kesan ekslusif?

Seorang perwira AL, yang kebetulan sekamar sama saya pada saat rekaman video 'pembinaan' di STPDN yang heboh itu ditayangkan, hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Jamannya saya pendidikan militer pun gak sampai kayak gitu" kenangnya.
Padahal mereka adalah tentara, yang memang dididik untuk berhadapan dengan musuh, pilihannya membunuh atau dibunuh. Toh tidak sampai seheboh itu.

Problemnya adalah ketika metode pendidikan militer ditiru oleh yang non-militer, yang ditangkap hanya kulit-kulitnya bukan intisari ajarannya, sehingga kemudian yang ada hanyalah tradisi maen pukul, gampar dan tendang.
Dan itu diperumit oleh sikap pengajar STPDN sendiri yang cendurung melindungi kesalahan anak didiknya.
Seperti tragedi yang menimpa Ikhsan misalnya, disaat awal kejadian ini mulai terkuak, Ketua STPDN, I Nyoman Sumaryadi membantah keras kebenaran peristiwa itu.
"Ikhsan hanya mengalami kecelakaan tertimpa barbel sama sekali tidak ada pemukulan oleh seniornya"
Sikap seperti ini yang hanya akan membuat tradisi barbar itu kian lekat diSTPDN.
Sikap yang akhirnya menyisakan tanya: jangan-jangan staf pengajarnya pun memang setuju dengan pola preman di kampusnya?
Kalau begini, tinggal tunggu saja Ikhsan-Ikhsan berikutnya
Atau malah kabar tentang rakyat yang dianiaya oleh 'centeng' berijazah Sekolah Tukang Pukul Dibiayai Negara.

Sunday, October 24, 2004

10 HAL YANG MEMBATALKAN PUASA

1. MENYENTUH-NYENTUH DENGAN SENGAJA BAGIAN PAYUDARA SEBELAH KIRI DARI MANTAN PACAR KITA. Sedangkan jika menyentuh bagian payudara sebelah kanan, maka adalah dapat membatalkan puasa juga. sedangkan jika menyentuh kedua bagian tersebut secara bersamaan, maka dosanya menjadi double.

2. TIDUR SIANG DIATAS BADAN ORANG LAIN YANG BUKAN MUHRIMNYA. sedangkan jika tidur siang dibawah badan orang lain yang bukan muhrimnya, maka puasa kita tidak batal, tetapi orang lain yang bukan muhrimnya tersebut puasanya menjadi batal. tetapi, jika kita turut merasa enjoy, maka puasa kita batal juga.

3. MELOMPAT-LOMPAT DI SAAT MENYAKSIKAN FILM PORNO. sedangkan jika kita tidak melompat-lompat disaat menyaksikan film porno, maka puasa kita tetap batal. hanya saja, orang yang melompat-lompat berarti lebih batal.. karena berarti gembira disaat nonton film porno.

4. MELUDAH. meludah adalah batal jika air ludah tersebut mengenai alat kelamin lawan jenis kita. jika air ludah tersebut tidak mengenai alat kelamin lawan jenis, dan diulang terus hingga alat kelamin lawan jenis tersebut akhirnya terkena air ludah dan kemudian menjadi basah, maka puasa kita tetap batal.

5. BERLARI SEKUAT TENAGA. berlari sekuat tenaga menuju rumah pelacuran adalah dapat membatalkan puasa. sedangkan berlari sekuat tenaga tetapi tidak menuju ke tempat pelacuran, tetapi akhirnya kemudian tersasar menuju ke tempat pelacuran dan lalu berhubungan intim dengan salah seorang pelacur, maka puasa orang tersebut menjadi batal. sedangkan orang yang berlari sekuat tenaga lalu terpeleset dan terjatuh diatas pelacur yang tidak mengenakan selembar kain apapun, dan lalu orang tersebut juga sudah telanjang, maka puasanya juga menjadi batal.

6. BERTERIAK-TERIAK WAKTU SIANG HARI. Berteriak-teriak waktu siang hari disaat berhubungan intim dengan lawan jenis adalah dapat membatalkan puasa. sedangkan orang yang mendengar teriakan orang yang berhubungan intim waktu siang hari, lalu orang tersebut mengintip aktifitas tersebut dan merasa enjoy, maka puasa orang tersebut juga menjadi batal.

7. MELEMPAR UANG LOGAM. melempar uang logam sehingga mengenai payudara seorang gadis dan lalu kita mengusap-usap payudara tersebut selama 2 jam karena kasihan terhadap gadis tersebut adalah dapat membatalkan puasa. sedangkan jika uang logam tersebut mengenai payudara seorang gadis dan lalu gadis tersebut meminta kita untuk mengulanginya (sehingga kita menjadi letih dan haus), dan lalu kita minum the botol bersama gadis tersebut dan lalu gadis tersebut mengajak kita untuk berhubungan intim dan kita menyetujuinya, maka puasa kita menjadi batal.

8. MEMPERBAIKI KOMPUTER YANG RUSAK. memperbaiki komputer yang rusak di rumah seorang gadis seksi dan kemudian gadis seksi tersebut menggoda kita untuk berhubungan intim dan kemudian kita tergoda dan akhirnya kita tidak jadi memperbaiki komputer tetapi malah berhubungan intim, maka puasa kita menjadi batal. sedangkan jika kita hendak memperbaiki komputer yang rusak di rumah seorang gadis seksi, tetapi ternyata gadis seksi tersebut tidak memiliki komputer tetapi akhirnya kita memperkosa gadis seksi tersebut, maka puasa kita juga menjadi batal.

9. MEMBACA BUKU PELAJARAN. membaca buku pelajaran tetapi di dalam buku pelajaran tersebut terdapat buku stensil "enny arrow" adalah dapat membatalkan puasa. sedangkan jika di dalam buku pelajaran tersebut tidak terdapat buku stensil "enny arrow", tetapi kita lalu meminjam buku stensil "enny arrow" kepada seorang pelacur dan lalu pelacur tersebut mengajak kita berhubungan intim dan kita menyetujuinya, maka puasa kita juga menjadi batal.

10. DUDUK. duduk sambil makan nasi padang adalah dapat membatalkan puasa. sedangkan duduk sambil menggoda ibu penjual nasi padang, lalu berselingkuh dengan ibu tersebut, juga membatalkan puasa.

Itulah 10 hal yang dapat membatalkan puasa, sebenarnya masih ada satu hal lagi yang juga membatalkan puasa yaitu membaca dengan serius tulisan ini lalu memasukkannya ke hati sambil menikmati segelas orange juice di siang yang panas maka puasa kita akan batal. Hehehehehehe
Selamat menunaikan ibadah puasa!




Monday, October 18, 2004

TENTANG SISI LAIN

Sejak pertama kali di luncurkan, tak terhitung banyaknya masukan soal gaya penulisan Sisi Lain yang memilih untuk tampil beda dengan ejaan tempo dulu. Meski ada juga yang mendukung, sebagian besar adalah komentar protes karena mengaku sulit dan sakit kepala memaksakan membaca isi tulisannya :p

Tapi apa boleh buat, gaya tempo dulu ini sudah terlanjur jadi merek dagang atawa trade mark-nya Sisi-Lain. Menggantinya dengan ejaan yang disempurnakan hanya akan membuat blog ini kehilangan ruhnya, apalagi saya sadar betul bahwa dari segi isi dan perwajahan, blog ini sebenarnya tidak punya nilai jual.

Sebagai seorang yang menapaki jalan hidup yang biasa-biasa saja, menceritakan tentang keseharian hidup saya dalam blog hanya akan bikin pembaca menguap lebar-lebar lalu tertidur karena bosan.
Memilih bercerita tentang profesi? ah soal itu sudah ada tempatnya di sisi yang lain lagi.
Mengisinya dengan aneka resep masakan? hehehe
Sayang sekali satu-satunya jenis masakan yang bisa saya banggakan hanyalah indomie rasa kari ayam :p

Alhasil inilah dia, Sisi-Lain. Yang mencoba menampilkan hasil 'CT Scan' benak saya. Perasaan saya. Keluh kesah. Kepedulian. Cinta. Sumpah serapah. Semuanya dicoba jujur apa adanya.
Kalau terbacanya absurd, apa boleh dikata karena seperti itulah saya.
Bikin sakit kepala?
Sekedar mengingatkan, diwarung sebelah ada jual aspirin.
Tuan boleh minum 3 kali sehari. Sebaiknya selepas makan, agar produksi asam lambung tidak terlalu mengganggu perut tuan. :p

Thursday, October 14, 2004

ANTARA MALPRAKTEK, PROFESIONALISME & TUNTUTAN KEHIDUPAN DOKTER

Harian Kompas dalam rubrik kesehatan edisi 14 Oktober hari ini menulis tentang layanan kesehatan dinegeri ini. Menanti layanan dengan hati. Begitu tajuk yang diberikan untuk artikel yang sangat menarik itu. Ini keluhan kesekian yang pernah saya baca tentang buruknya mutu layanan kesehatan di republik kita tercinta. Beberapa hari lalu, harian berbahasa Inggris The Jakarta Post memuat daftar kasus yang disangka malpraktek. Hampir semua terjadi di Jakarta.
Meninggalkan tanya besar dibenak saya. Begitu burukkah wajah profesional medis kita?

Sejak awal saya menapakkan kaki di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 14 tahun silam, satu doktrin yang saya terima tentang profesi ini adalah bahwa profesi dokter adalah profesi yang mulia. Keagungan profesi begitu sering didengungkan. Hubungan dokter dengan pasien bukan semata hubungan jual beli. Bukan semata hubungan pemberi jasa dengan pemakai jasa. Lebih dari itu, katanya. Paradigma itulah yang sampai kini masih dipegang teguh oleh sebagian besar sejawat-sejawat dokter saya. Meski bertentangan dengan anggapan para pakar marketing yang meyakini bahwa pada dasarnya kita semua adalah penjual.

Berangkat dari doktrin keagungan profesi tadi, dalam kurikulum fakultas kedokteran, ditahun kedua, anda akan belajar bagaimana sistem yang bekerja pada tubuh manusia normal. Menginjak tahun ketiga, anda mulai diajari perubahan-perubahan yang akan terjadi kalau anda sakit. Dan kemudian ditahun keempat ditambah dua tahun magang dirumah sakit sebagai dokter muda, anda akan mulai belajar bagaimana mengobati pasien.
Lantas bagaimana dengan pelajaran etika? O jangan kuatir, ditahun ke empat ada 2 kredit mata kuliah etika kedokteran, mengenai hukum juga disinggung sedikit disitu. Pelajaran etika selanjutnya adalah apa yang anda pelajari sambil melihat langsung contohnya saat magang di rumah sakit.

Kurikulum ini diyakini cukup untuk membentuk dokter Indonesia. Dokter yang kini - seiring kemajuan jaman - mulai sering mendapat kritikan soal mutu dan polah tingkahnya.

H Misbach Yusa Biran, ayah almarhumah Sukma Ayu, dalam sebuah tayangan infotainment, mengaku sedih karena tak pernah menerima senyum dari para dokter selama hampir enam bulan anaknya dirawat di rumah sakit.
Meski saya tak terlalu yakin seratus persen dengan kebenaran pernyataan itu, tapi merujuk kembali ke kurikulum pendidikan dokter, bagian mana dari kurikulum yang mengatur dokter harus senyum pada keluarga pasien?
Atau bagian mana yang mengajarkan bagaimana dokter seharusnya bersikap pada pasien? diluar sikap profesional tentunya.
Sedih, tapi kenyataannya saya mesti jujur menjawab: TIDAK ADA!

Paradigma yang dengan angkuhnya menyebut hubungan dokter-pasien bukan hubungan jual beli telah mencegah masuknya konsep-konsep marketing kedalam kurikulum pendidikan dokter kita. Kita tidak lagi sadar bahwa sekedar senyum dan beramah-ramah dengan pasien dan keluarganya merupakan suatu value-added services - meminjam istilah Hermawan Kartajaya - yang akan membuat sipasien lebih nyaman dalam memanfaatkan jasa kita.

Padahal hubungan yang tidak nyaman membuat pasien sungkan bertanya kalau ingin memperoleh informasi medis mengenai kondisinya sehingga kerja-sama dokter-pasien dalam menentukan arah pengobatan - yang menjadi konsep kedokteran modern - sama sekali tidak berjalan.
Seorang ibu yang pernah bertemu dengan saya dalam satu perjalanan menuturkan bagaimana dokternya marah ketika ia menyebutkan bahwa dirinya sakit cacar. "Ibu jangan sok tau!" bentak dokter itu "kalau sudah tau kenapa datang kesini!"
Bisa jadi itu trik si dokter yang takut kalau pasiennya banyak bertanya.
Padahal memilih menjadi dokter - ujar dosen saya dulu - berarti harus siap untuk belajar seumur hidup. Siap untuk selalu menjelaskan pada pasien dan keluarganya bagaimana kondisinya, mendiskusikan bagaimana strategi pengobatannya, membantu pasien mengambil keputusan karena hak itu ada ditangan pasien. tentunya dengan dokter memberikan informasi yang sejelas-jelasnya tentang keuntungan dan risiko setiap tindakan yang dipilih.
Karena begitulah prosedur seharusnya.
Suatu prosedur yang sayangnya langka dinegeri ini.

Menteri Kesehatan Ahmad Suyudi mengungkapkan total pengeluaran untuk biaya berobat ke luar negeri orang Indonesia setiap tahun mencapai 600 juta dollar AS.
Salah satu alasan kenapa mereka memilih berobat keluar pastinya adalah layanan kesehatan yang lebih baik.
Hermawan Kartajaya, pernah menulis tentang seorang koleganya yang didiagnosis Diabetes di Indonesia. Oleh dokternya disebutkan bahwa penyakit ini tidak akan sembuh, seumur hidup dia akan tergantung pada obat dan dietnya harus diatur.
Ketika memeriksakan dirinya ke Singapore, dokter Singapore juga menyatakan dia terkena Diabetes. Tapi bedanya si dokter sambil tertawa bilang "OK, you got Diabetes, so what? Kena diabetes bukan berarti hidup berhenti sampai disini. Yang perlu dilakukannya hanya menjaga berat badannya, memeriksakan dirinya teratur, mengatur dietnya, dan tidak berhenti sampai di situ saja, si dokter mengatur agar sang pasien berkonsultasi dengan ahli gizi yang sudah menyiapkan daftar menu sehari-hari, lengkap dengan jumlah kalori setiap jenis masakan bahkan untuk makanan khas Indonesia.
Bayangkan begitu hebatnya kesadaran untuk memberikan value-added services disana.

Namun melulu menyalahkan dokter kita sebagai biang keladi buruknya layanan kesehatan tentunya tidak menyelesaikan masalah. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2002 memperlihatkan bahwa ratio dokter : pasien kita adalah yang terendah dari 8 negara Asia Tenggara. 16 dokter untuk 100.000 penduduk. Jangan heran kalau dokter harus kerja rodi. Belum lagi dengan penghasilan dokter yang begitu rendah.
Pengalaman saya sendiri di tahun-tahun awal menjadi dokter, saya pernah bekerja di klinik 24 jam dengan membawa pulang 15 ribu rupiah sebagai hasil bekerja selama 24 jam.
Untuk dokter spesialis pun tidak selamanya bagus. Padahal biaya untuk sekolah spesialis amat sangat menguras isi kocek. Untuk masuk kebagian kebidanan dan kendungan, contohnya, harus rela merogoh 150 juta. Itupun baru uang pangkal.
Jangan heran kalau terkadang seorang dokter spesialis terpaksa bekerja dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk kejar 'setoran'. Kalau sudah begitu jangan harap dia bisa mencurahkan perhatian sepenuhnya terhadap keluhan pasiennya.

Semuanya memang berputar seperti lingkaran setan. Perlu kerja sama banyak pihak untuk membenahinya.

Thursday, September 30, 2004

MENGEJAR PURNAMA DI 3 KOTA

Blue Moon,yang konon menurut si Ms. Nice Gal ini adalah penampakan bulan purnama dalam bentuk yang paling indah dan hanya terjadi sekali dalam setahun, bikin perjalanan pulang dari rig akhirnya saya habiskan dengan menengadah sampe leher terasa kaku.

Tanggal 28 malam saya mulai proyek melototin purnama, diatas speed boat yang membawa saya melaju membelah selat Makassar menuju Balikpapan. Sayang sesaput tipis awan sedikit mengusik keindahannya.

Langit diatas bandara Sepinggan, Balikpapan pun tak jua memberi kesempatan buat saya menikmati si Blue Moon itu, awan masih setia bergayut. Kali ini saya hanya bisa berharap semoga dalam penerbangan malam ke Surabaia bisa melihat bulan dibalik jendela. Harapan yang ternyata sia-sia karena sepanjang penerbangan, bapak disebelah saya mengajak ngobrol terus. Dan semangatnya bercerita bikin saya gak tega untuk bilang kalo saya lagi pengen liat purnama dan minta tukeran tempat duduk sama dia.

Terkurung 1 jam di bandara Juanda tidak juga bikin impian saya terkabul. Dan saat penerbangan Surabaya-Makassar, saya terlalu lelah dan tertidur ketika pesawat mengangkasa. Hasrat melihat Blue Moon gagal total.

Baru di Jeneponto, kota kecil tempat kelahiran almarhum bapak saya - sekitar 3 jam perjalanan jaraknya dari Makassar - baru saya bisa menatap langit malam sepuasnya. Langit bersih tak berawan malam itu. Ada bulatan kuning besar bercahaya yang indah menghiasinya. Purnama Blue Moon yang kesohor itu! Mungkin bukan Blue Moon, karena saat itu sudah tanggal 29 malam. Tapi setidaknya keindahannya masih terasa. Kemilau bintang yang biasanya memukau pun tak sanggup menandinginya.

Saya berbaring menghabiskan malam itu di beranda. Tak peduli dengan dengung nyamuk yang berpesta pora menikmati tetes demi tetes darah saya. Tak juga peduli dengan informasi yang saya baca belakangan kalo Blue Moon itu adanya ditanggal 31 Yuli 2004.

Malam itu saya hanya ingin berbaring di beranda. Merenung. Sendiri. Terpencil. Dipeluk sepi. Dibawah sinar bulan purnama. Yang tetap indah dilihat, tak peduli itu blue moon atau tidak.

catatan kaki:
28 september 2004 ternyata menurut penanggalan Cina adalah hari ke 15 di bulan ke-8, saat untuk mid-autumn festival atau juga disebut sebagai Moon Festival (yue bing yie). Suatu masa dimana bulan purnama berada dalam bentuk yang paling bulat dan paling terang karena itu dipercaya sebagai perlambang kesatuan dan kebersamaan keluarga.

Sunday, September 19, 2004

KAPANKAH TERAKHIR KALI ANDA MENERIMA SURAT PRIBADI?

"KAPANKAH terakhir kali Anda menerima surat pribadi? Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono, psikolog terkenal dari Universitas Indonesia, mengaku beberapa waktu lalu menerima surat bertuliskan tangan dari seorang kerabatnya di Cilacap, Jawa Tengah. "Sangat personal, saya jarang sekali lho dapat surat seperti itu sekarang," katanya. Kini, kesantunan dan kedalaman surat memang telah digantikan dengan keserentakan (dan kegegabahan) serta kedangkalan SMS (short message service). Padahal, sebenarnya tak ada yang bisa menyaingi dahsyatnya surat sebagai kenangan" (sumber Kompas, Minggu 19 September 2004)

Sebagian orang memang sudah lama tak lagi berkirim atau menerima surat yang bertuliskan tangan model dulu.
Globalisasi dengan kemajuan teknologinya telah membuat orang jadi mau semuanya serba cepat. Kenapa harus repot menulis surat, setelah itu pergi ke kantor pos, antri untuk bisa mengirim surat yang mungkin baru akan sampai tiga hari setelahnya, padahal dengan email semuanya bisa selesai dalam hitungan menit.

Kalau dulu sebelum hadirnya era SMS, orang lebih suka menggunakan telepon untuk bertukar berita, namun toh itu masih terlalu mahal buat sebagian besar kalangan. Apalagi kalau yang harus di telepon ada diluar kota terlebih di belahan bumi lainnya. Akhirnya surat masih bisa mengisi celah itu untuk tetap eksis.

Tapi seiring kemajuan jaman, perlahan namun pasti suratpun terpinggirkan. Kalau orang seperti Prof. Sarlito yang tenar dan pasti banyak relasi saja sudah mulai jarang menerima surat, apa lagi kita-kita yang barangkali relasinya tak sebanyak beliau.

Artikel Kompas itu membuat saya jadi tercenung sejenak mengingat-ngingat kapan terakhir kali saya menerima surat tulisan tangan?
Surat cinta? Hahahah .... memang biasanya surat sejenis ini yang masih ditulis tangan, tapi bahkan dengan istri saya pun - saat jamannya kita pacaran - sama sekali tak pernah berkirim surat.

Mendadak saya jadi senyum-senyum sendiri setelah ingat beberapa hari lalu - tadinya saya lupa - bahwa ternyata saya baru saja menerima surat tulisan tangan. Aseli tulisan tangan diatas secarik karton bekas karung semen.
Pengirimnya? Seorang preman didekat rumah saya yang minta uang 'koordinasi renovasi' karena saya merenovasi rumah tanpa memakai tukang yang disediakannya.
Hahahaha ..........
Ternyata benar artikel Kompas itu, surat jaman sekarang sudah sama sekali tak ada nilai romantisnya.

Friday, September 17, 2004

It's turn to 33 now!



"Still a lot of things to do, fahrie"

Friday, September 10, 2004

Friday, August 20, 2004

.......................

....................
satu satu daun berguguran
jatuh ke bumi dimakan usia
tak tertengar tangis tak terdengar tawa
redalah, reda......

waktu terus bergulir
semuanya mesti terjadi
daun daun berguguran
tunas tunas muda bersemi

satu satu daun jatuh ke bumi
satu satu tunas muda bersemi
tak guna menangis
tak guna tertawa
redalah, reda....



Untuk semua yang peduli
Dan turut berbagi duka
Terima Kasih ........
Tapi please, jangan bilang turut berduka lagi
Cukup berikan senyum
Saya tau anda peduli
tapi mohon kasih kesempatan mata ini kering

Untuk Profesor Haris Bundu, MA
The best daddy in the world
I'm gonna be like you, Dad
You know, I'm gonna be like YOU


Wednesday, August 18, 2004

DIRGAHAYU INDONESIAKU!

Sepotong doa untuk tumpah darahku:

Where the mind is without fear and the head is held high;
Where knowledge is free;
Where the world has not been broken up
into fragments by narrow domestic walls;
Where words come out from the depth of truth;
Where tireless striving stretches its arms towards perfection;
Where the clear stream of reason
has not lost its way into the dreary desert sand of dead habit;
Where the mind is led forward by thee into ever-widening thought and action
Into that heaven of freedom, my Lord, let my country awake

(taken from Rabindranath Tagore's Gitanyali)


Ini Agustusan ke dua buat saya di OCEAN BARONES. Tanpa terasa OB menginjak tahun keduanya di laut Indonesia. Menyenangkan kerja dan merayakan agustusan disini. Meski konon ini sekaligus jadi tahun terakhir karena kalo gak ada perubahan rencana, Desember ini kontrak OB berakhir untuk kemudian masuk Dock di Keppel Fels Singapore lagi sebelum ditarik ke Australia. Tapi, lupakanlah itu untuk sesaat. It's Party Time!

Trus mengenai acaranya: Acaranya sebenarnya sama aja seperti tahun lalu. Ada Upacara bendera, pastinya. Yang diikuti seluruh crew, Expat maupun pribumi. Setelah itu dilanjutkan dengan pembagian door prize dan hadiah-hadiah untuk pemenang kuis safety. Dan acara paling dinanti - seenggak-enggaknya sama saya :P - acara makan BESAAAAR. Ada Lobster, tenderloin steak, sate kambing, kakap merah gede-gede, gak ketinggalan nasi tumpeng lengkap, banyak deh pokoknya. Hasilnya ...... jam 12 siang saya kekenyangan dan tewas dengan sukses :p


Monday, August 16, 2004

Terima kasih, Tuhan

siang di depan kantor IDI, Menteng.......
suatu episode dalam hari-hari sibuk Jakarta


Perempuan tua kumal lusuh memanggul bungkusan sarung dipundak rentanya, berjalan dari satu mobil ke mobil lain, berharap bisa mengais sedikit rejeki dari kemurahan hati sesamanya.
Ada beberapa keping logam seratusan didalam gelas plastik bekas Aqua ditangannya, pastilah tak cukup bahkan untuk sekedar membeli sepiring nasi berlauk tempe di warung tegal.
Lantas, bagaimana ia harus terus meniti hidup di sisa usianya?
Episode singkat itu mengusik nurani saya.
Sampai malam memeluk, wajah pasrah terbakar terik surya itu masih terbayang.

Beberapa hari belakangan memang ada rasa tak puas dengan hidup yang saya jalani.
Betapa tidak? Sampai menginjak tahun ke tiga puluh tiga hidup saya rasanya masih banyak mimpi yang belum lagi tercapai.
Pastinya sebagian mimpi itu berkisar seputar materi.
Lalu karenanya sempat saya down dan merasa gagal
Bahkan sampai menafikan betapa banyak nikmatNya yang saya terima.

Hari itu
Seorang pengemis tua disimpang Sam Ratulangi
Mengajari saya bahwa dalam hidup, begitu banyak karunia yang kita nikmati tanpa menyadarinya.
Bahwa jalan hidup yang terasa sulit ini masih lebih baik daripada jalan hidup banyak orang lain
Yang menerimanya dengan lapang dada dan rasa syukur.
Sepotong kalimat dari buku lama yang pernah saya baca terngiang ditelinga
"saya selalu merasa betapa malangnya hidup saya karena tidak bersepatu,
sampai kemudian saya bertemu orang yang tidak berkaki"


Malam semakin malam.
Hati kecil saya bersujud mengucap syukur.
Ketika setetes air bening mengalir dipipi
Semuanya terasa lebih indah.
Terima Kasih, Tuhan!

Thursday, August 12, 2004

Will This Be My Coffin?

Tiap kali berdiri disamping pesawat pikiran itu pasti moncul dibenak saya.
Will this be my coffin?
Sebagai orang yang mengidap acrophobia atawa takut berada di ketinggian, sebenarnya wajar-wajar aja kalo hal seperti itu kepikir. Meski kadarnya gak sampe kayak Dennis Bergkramp yang sama sekali gak mau naek pesawat.

Saya masih bisa naek pesawat meski dengan perasaan was-was terutama saat pesawat mo take off atau landing. Selebihnya saya bisa tenang-tenang aja di udara, termasuk masih bisa ngelirik-lirik kalo ada pramugari yang cakep :p

Biasanya yang bisa membantu menenangkan saya adalah dengan baca hasil-hasil penelitian yang nunjukin kalo pesawat adalah kendaraan teraman didunia.

Seorang penerbang senior yang diwawancarai di SCTV pun bertutur serupa. Pesawat adalah kendaraan teraman didunia, katanya. Ironisnya rekaman video itu diambil beberapa saat sebelum pesawat ringan yang dikemudikannya jatuh di Jawa Barat menewaskan seluruh penumpang pesawat itu termasouk sang pilot.

Dulu sebelum kerja di anjungan pengeboran minyak di selat Makassar ini, dalam setahun paling banyak 3-4 kali saya naek pesawat. Namun sajak setahun lalu paling sedikit 2 kali sebulan saya terbang melintasi Jakarta-Balikpapan. Belom lagi kalo saya mesti ke Makassar atau ke Palu menengok bokap. Tapi kayaknya rasa was-was itu tetap aja ada.
Apa orang lain juga merasakan hal yang sama?
Apa pikiran itu sempat juga terbersit di kepala mereka?
Will this be my coffin?
Ahh... sebentar lagi saya mesti menjawab pertanyaan itu.
(Ditulis di Sukarno-Hatta International Airport, August 11, 2004 06.25 a.m.)

SELAMAT JALAN PAK MANDAGIE ..........

Berita Kompas hari ini:
Denpasar, Kompas - Suasana duka menyelimuti atlet dan jajaran Pengurus Besar Federasi Aero Sport Indonesia menyusul kesuksesan mereka memecahkan rekor terjun payung formasi kerja sama di udara yang melibatkan 100 penerjun dari 17 negara, Rabu (11/8) di sekitar Bandar Udara Ngurah Rai, Tuban-Badung, Bali.

Salah seorang penerjun andal Indonesia, Theodorus Petrus Mandagie, meninggal akibat kecelakaan saat terjun sore, dalam rangka merayakan keberhasilan mereka memecahkan rekor tersebut.

Almarhum Theodorus Petrus Mandagie yang kerap disapa Theo Mandagie merupakan satu dari delapan penerjun payung Indonesia yang turut dalam upaya pemecahan rekor terjun payung formasi itu. Saat turut melangsungkan sunset yumping (terjun payung sore hari) dari ketinggian 14.000 kaki (sekitar 4.500 meter) pukul 18.07, Theo Mandagie gagal membuka payung utama dan payung cadangannya. Tubuhnya ditemukan di rawa-rawa di sisi selatan pagar bandar udara oleh penduduk setempat.


Satu lagi dari keluarga Mandagie pulang menghadap penciptanya melalui jalan yang sama.
Jalan yang dipilih sendiri oleh mereka dengan kesadaran dan dignity.
Seperti juga keinginan seorang jenderal tua yang memilih mati di medan perang daripada diranjang kamarnya.
Seperti hasrat pendekar pedang yang memilih mati dijalan pedang.
Inilah jalan mereka. Jalan yang mereka pilih karena cinta.
Relakan kepergian mereka
Tanpa perlu isak tangis. Apalagi penyesalan.

Selamat jalan Pak Mandagie
Seperti kalimat klise yang selalu saya tulis;
kematian hanyalah tidur panjang
Tetap tersenyum dalam tidurmu

Wednesday, July 28, 2004

TURUNAN KE BERAPA?

Lagi siap-siap mo safety meeting, tau-tau Pak Lucas, SOC (safety operation control) disini nanyain itu ke saja.
"Dok, tau gak dokter turunan ke berapa di garis keluarganya?"
?????
waks!

"Saya gak tau tuh Pak, gak pernah punya catetan kayak family tree gitu sih kita"
"kenapa Pak?"
saja balik nanya.
"oooooo, kalo saya juga gak punya, tapi sepertinya saya turunan ke-8"
?????

"Lho? Kok tau Pak??"

"soalnya nenek moyang saya dulu konon kaya-raya" katanja "konon hartanya gak habis tujuh turunan"

gdubrak!!!

Friday, July 16, 2004

MARITHA

Libur singkat satu minggu ternyata bukan hanya diisi dengan menimang-nimang Farrell dan Bryan, 2 cahaya mata saya. Meski tadinya sudah punya tekad untuk gak mau nyentuh kibor kompie selama liburan, tapi ternyata saya hanya tahan 4 kali 24 jam saja tanpa perangkat pintar ini.
Ada rasa rindu yang menyeruak, walaupun untuk sekedar menengok sisi-lain dan my virtual clinic. Menengok saja. Tanpa posting sama sekali.

Sebuah kejutan menyenangkan menanti di virtual clinic!
Seorang sahabat lama, menyapa dari jauh.
Lama sudah saya kehilangan kabarnya, selepas sekian tahun menghabiskan waktu bersama.

Semenjak SMA saya kenal dia. Tiga tahun bersama di SMADA Makassar, berlanjut lagi ke kampus perguruan tinggi cap ayam jantan, Universitas Hasanuddin. 6 tahun kita merasakan suka dukanya belajar jadi tukang obat disana. 6 tahun saja karena selepas itu dia menghilang. Saat saya dan teman lain masih sibuk mengejar mimpi sederhana untuk jadi dokter, dia memutuskan saatnya telah tiba baginya untuk pergi memulai pengembaraannya. Jauh kenegeri orang. Bersama itu pupus sudah kabar beritanya.

Juli hari ke enam dua ribu empat, sebuah pesan mampir ke tagboard saya. Pengirimnya Dr. Med. M. Ridwan Thahir, M.D.
Voila! What a pleasant surprise!
Sudah jauh dia melangkah.
Kunjungan balik ke websitenya menampilkan sederet foto-foto pengembaraannya. Curriculum Vitae-nya membiaskan jejak panjang langkah-langkahnya.
Ahh.... sudah jadi orang pula kau, sobat
Congratz, Buddy!

Wednesday, July 14, 2004

BULAN DI BALIK JENDELA

July 2, 2004
Somewhere between Balikpapan-Yakarta
Up in the sky.......


"Selamat malam, disini kapten pilot anda berbicara, saat ini kita sedang terbang diketinggian 28.000 kaki diatas permukaan laut, cuaca saat ini ... Bagus! Jarak pandang kurang lebih 10 kilometer dan kalau anda melihat keluar jendela, tampak bulan purnama, indah sekali"

Mendengar informasi kapten pilot Bouraq tadi - orang Bali, tapi saya lupa namanya - para penumpang penerbangan terakhir Bouraq Balikpapan-Yakarta termasuk saya kompak celingukan mencoba mencari bulan yang dimaksud. Dan memang benar. Saat itu lagi bulan purnama. Full Moon. Untung saja saya bukan warewolf!.

Melihat bulan purnama semua pasti sudah sering. Tapi melihat bulan tanpa perlu mendongak ke atas, ini pengalaman pertama buat saya. Mungkin karena baru pertama kali melihat bulan seolah sejajar dari balik jendela, kesannya jadi eksotis sekali.
Sayangnya malam itu saya lupa bawa kamera.

Bulan dibalik jendela menandai awal liburan saya yang hanya 1 minggu. Karena minggu berikutnya saya harus balik lagi ke Balikpapan dengan segala tetek bengek meeting dan pelatihan. Back to routinity. Tapi paling nggak ini awal yang sama sekali gak jelek.

Pulang kerumah disaat bulan purnama. Ada dua cahaya mata saya yang menanti dirumah. Juga ada .... ehm ... mamanya. Menanti. Dalam malam bulan purnama.
Yang konon pengaruhnya bikin 'hidup' lebih hidup.

Hmm, not a bad start.....

Wednesday, June 30, 2004

Je ne suis pas ici!

Saja lagi liburan dan nggak akan ada disini mulai 1 Juli 2004 sampe 14 Juli 2004.
Makasih sudah datang kesini ya

I am on vacation and will be out for 2 weeks starting from July 1, 2004 - July 14, 2004.
Thanks for coming!

Estoy el vacaciones y estare hacia fuera por 2 semanas que empiezan del de julio 1 de 2004 - de julio el 14 de 2004.
Gracias por venir!

(susah amat ngomongnya ya? :p
terserah mo ngomong pake bahasa apa pokoke
saja mah L-I-B-U-R euiy)

Tuesday, June 29, 2004

AIDS 2004 - XV
International AIDS Conference

Hari ini dapat imel dari teman tentang aktifis HIV/AIDS yang rupanya mo ngadain konfrensi di Bangkok, Juli 2004 nanti.
Konferensi internasional bertajuk AIDS 2004 - XV ini nantinya akan diramaikan acara long march untuk menuntut akuntabilitas dan aksi nyata terhadap penanggulangan AIDS. Yang lagi di Bangkok dan sekitarnya, kalo pengen terlibat silahkan catet yang dibawah ini deh:

CALL TO ACTION:

AIDS 2004 - XV International AIDS Conference:
Thai AIDS Treatment Activists Invite Allies to Join a March and Protest to Demand Accountability and Action on AIDS


SAVE THE DATE:

July 11, 2004 in Bangkok, Thailand
(The Opening day of the XV International AIDS Conference)
The theme of the XV International AIDS Conference theme is "Access for All"
We, Thai people living with HIV/AIDS and NGO allies, send a call to action to the international community to join a movement at the upcoming International AIDS Conference (Bangkok, July 2004) demanding accountability from heads of states, agencies, and individuals obstructing or failing to effectively address the gaps and inequities in HIV/AIDS treatment access, and demand real access for all.

BECAUSE PEOPLE ARE DYING NEEDLESSLY

- 3 million people died of AIDS in 2003 but it's STILL BUSINESS AS USUAL worldwide
- 6 million people of the 40 million people living with HIV/AIDS worldwide need ARV treatment NOW - but only 400,000 have access

BECAUSE WE DO NOT ACCEPT BROKEN PROMISES

More than 5.5 million PLWHA(People Living With HIV/AIDS) are without access to treatment because:
- National governments refuse to prioritize the fight against AIDS, and refuse to transform their rhetoric into concrete economic and political action;

- Rich donor countries that have broken their promises to spend $10 billion annually fighting global AIDS by 2005;

- International agencies have not made good on the promise to fill the deadly gap in access to treatment. By 2005, by the most optimistic estimates, only 240,000 additional people, or 4% of the total need, will access HIV/AIDS treatment through financing from

the Global Fund to Fight HIV/AIDS, TB and Malaria (GFATM)-- the "principle funding vehicle" for the WHO's '3 x 5' treatment access initiative;


BECAUSE WE KNOW HIV/AIDS CAN BE TREATED AND AFFORDABLE MEDICINES EXIST.


- Thai people living with HIV/AIDS and NGO allies, successfully lobbied and worked with our government to produce generic anti-retroviral drugs cheaply and developed comprehensive, community-based care programs so that universal access could be effectively delivered.

- Today, through a government program aiming to treat 50,000 people by 2005, we have already seen AIDS-related mortality drop by over 50%;


BECAUSE REAL ACCESS TO LIVE-SAVING TREATMENT AND PREVENTION IS NEEDED FOR ALL!


- PLWHA around the world are struggling to prevent national treatment programs from duplicating the social and economic inequities that put marginalized people, including rural people, women, children, men who have sex with men, and drug users last in line for life saving treatment;

- PLWHA around the world are threatened by ideologues attempting to thwart access to basic HIV prevention tools, particularly for the most vulnerable groups including women, men who have sex with men, migrant workers, prisoners, and injecting drug users;

- PLWHA face human rights violations in the form of repressive drug wars and policies, although 1 in 3 new infections outside Africa are the result of sharing of injecting equipment, and needle exchange has been proven to save lives without increasing rates of drug use;

BECAUSE EFFORTS TO FIGHT AIDS ARE UNDER ATTACK

- PLWHA around the world face bilateral donor programs that force treatment and prevention programs to abandon science and best practice, blocking life saving HIV prevention efforts, and blocking purchase of quality, low cost generic medicines;

- PLWHA around the world face barriers to access to affordable generic medicines as a result of regional and bilateral trade agreements with the U.S., undermining national sovereignty and capacity to address public health priorities such as HIV/AIDS;

BECAUSE WE KNOW WE CAN WIN AND THERE IS STILL MUCH MORE WORK TO BE DONE

- Even in Thailand, sometimes called the "next Brazil" in terms of treatment victories, where generic HIV/AIDS drugs are as cheap as USD $0.96 per day, deadly foreign policies threaten to undermine access to quality generic medicine, through efforts such as the U.S. government's proposed Free Trade Agreement (FTA) with Thailand.

- Access for all in Thailand is still not equitable; undocumented migrants, ethnic minorities denied citizenship, injecting drug users, prisoners and others still face non-medical exclusion criteria and social and economic barriers including health-care setting-based discrimination, which prevent them from accessing ARV.

- Activists in Thailand are demanding drug users worldwide get access to comprehensive prevention and treatment, not the threat of government sanctioned killing and unlawful detention;

BECAUSE SOLIDARITY AND ACTION ARE NEEDED TO WIN TREATMENT ACCESS FOR ALL, WIN THE REALIZATION OF OUR RIGHT TO HEALTH, AND TO STOP THE WAR ON HIV PREVENTION

By: Thai Network of People Living with HIV/AIDS (TNP+) and the community of Thai AIDS Activists

Saturday, June 26, 2004

Who wants to Live Forever?

Bangun pagi, karena pola tidur yang kadung dirusak sama EURO 2004, akhirnya saya malah surfing internet dan nemu sitenya Troy. Ada quote menarik disitu.

"The Gods Envy Us. They Envy Us Because We're Mortal"

Baca quote ini bikin saya jadi ingat impian kanak-kanak saya dulu. Ya. Saya pengen jadi orang yang gak bisa mati. Seperti para hero lainnya.

Beranjak dewasa masih kepikiran sama impian itu. Sampai suatu masa saya nonton Highlander. Versi tivi dari kisah hidup Duncan McLeod ini dimainin sama Adrian Paul.
Wow! Impian itu makin menjadi-jadi. Bayangin kalo saya bisa hidup 400 tahun. Gak tua-tua. Bicara pengalaman; 400 tahun menapak bumi, kayaknya semua hal bisa saya coba. Bicara duit; nyimpan ceban di bank aja bisa diitung berapa bunganya 400 tahun ke depan. Bicara pengetahuan; 400 tahun belajar apa sih yang saya gak tau?
Hidup sebagai immortal emang gak ada 'mati'nya :p

Tapi lantas saya nonton Highlander versi layar lebar dan denger soundtracknya yang ditulis sama Brian May.

Who wants to live forever,
When love must die


Mendadak ada kesadaran baru. Ada sisi lain yang sama sekali gak kebayang sebelumnya. Bayangin 400 tahun melihat orang-orang terdekat kita pergi satu per satu. Jadi tua dan mati. Sementara kita tetap muda dan tak pernah mati. Living the lonely life.
Baru saya sadar bahwa bahkan mati itu pun ternyata adalah rahmat!
So ..... who wants to live forever?

Friday, June 25, 2004

Les Yeux Pour Pleurer!


Dulu sebuah penerbitan di Prancis menulis headlines seperti itu, menyusul gagalnya Les Blues ke World Cup 1994.
Les Yeux Pour Pleurer! Kedua mata ini memang diciptakan untuk menangis.
Siapa sangka hari ini, sepuluh tahun berselang,giliran saya yang mesti mengucap kalimat itu.

Inggris Takluk!
Sebagai penggemar fanatik Inggris sejak 1988 sayapun ikut hancur.
Seperti orang yang bermimpi indah lalu tiba-tiba terbangun dan melihat dunia tak seindah impiannya. Seperti itu perasaan saya sekarang. Ada rasa gamang. Seolah tak percaya! Beberapa hari lalu mereka main begitu gemilang menggulung Kroasia tanpa ampun 4-2. Begitu sempurna di semua lini. Cepat, lugas, taktis. Namun semalam segalanya berubah. Inggris tadi malam adalah Inggris dalam penampilan terburuknya. Mereka beruntung bisa menahan tuan rumah 2-2 sampai akhir 2 kali 15 menit. Tapi andaipun menang adu penalti, itu sungguh kemenangan yang tak pantas.
Dan sejarah kemudian memang tidak memihak mereka. Penalty shootout lagi-lagi mengirim St. George's Cross pulang kandang.
Inggris Takluk!
Dan saya hanya bisa mengucap lirih kalimat itu.
Les Yeux Pour Pleurer
Kedua mata ini memang diciptakan untuk menangis .........

Tuesday, June 22, 2004

So Lonely

When everybody loves you,
you can never be lonely


[Counting Crows - Mr. Jones]


I feel so lonely now
is that means no one love me???

Tuesday, June 08, 2004

Sedang Goblok? Ato Lagi Gila?

Seharusnya saya duduk maniez disana
Didepan kompie dibuai sejuknya semilir angin buatan
Menikmati jalannya hidup yang toh gak jelek-jelek amat
Diketerpencilan rig offshore nun jauh ditengah samudra

Tapi kenapa malah milih mandi keringat disini
Antri untuk melengkapi lembaran-lembaran berkas
untuk bisa jadi ce-pe-en-es
calon pegawai negeri sipil
Dengan penghasilan yang nantinya melorot drastis
Sampai sepersekian dari yang sekarang?

Ahhhhh.....!
Jujur saya pun gak tau
Barangkali saya sedang goblok?
Ato malah lagi sableng?

Ada yang bisa kasih tau??????

Thursday, May 27, 2004

Sesama Kerabat

Si Anto adalah anak SD kelas satu. Dia punya teman satu sekolah namanya Clara. Karena Clara cantik dan manis, Anto jatuh hati pada Clara. Clara pun juga ternyata suka sama Anto.
Suatu hari, karena nggak tahan lagi, si Anto ngomong ke Clara,
"Clara, aku suka sama kamu. Sayang kita masih kecil.....nanti kalo kita sudah dewasa, kita menikah ya...?!"
Dengan wajah yang merona, Clara menjawab, "Anto, bukannya aku menolak . . . aku sih mau aja . . . Tapi dalam keluarga kami, ada tradisi bahwa kami hanya boleh menikah sesama kerabat saja. Paman menikah dengan bibi, kakek menikah dengan nenek, dan bahkan papa menikah dengan mama......padahal kan kamu bukan kerabat aku Anto."
Mendengar jawaban Clara, seketika Anto patah hati....

Monday, May 24, 2004

Sekolah? . . . . Enggak? . . . . Sekolah? . . . . Enggak ??????

Gimana ya?

Tangis Nirmala Tangis Kita

Nirmala Bonat
Nirmala Bonat memang bukan Lisa Bonet!
Kulit boleh sama item tapi nasib jelas jauh berbeda.
Kalo Lisa Bonet cukup berakting di depan kamera untuk meraup lembar demi lembar American dollar bill ke rekeningnya, Nirmala harus pergi meninggalkan kampung halamannya nun jauh di Tuapukas, Kecamatan Kualin, Timor Tengah Utara, NTT untuk jadi pembantu dinegeri orang. Itupun hanya untuk memperoleh penghasilan kurang dari 100 dollar sebulan.

Ketika berangkat ke negeri jiran, kurang lebih setahun lalu, pastilah tak terbetik sama sekali dibenak gadis lugu 19 tahun, putri semata wayang pasangan Daniel Bonat dan Marta Toni ini, akan kelamnya garis nasib yang menantinya di sana.

Semuanya bermula dari kesalahan kecilnya memecahkan mug yang lantas berujung pada pemukulan dengan gantungan baju oleh majikan wanitanya. Sejak itu hari-harinya diisi dengan tamparan, pukulan, bahkan siraman air panas.

"Satu hari ia marah besar saat saya menyetrika. Ia mengatakan cara strika saya tidak benar dan ia menampar saya," ujar Nirmala. "Ia mengambil strika dan menempelnya di dada saya,".

Sulit dipercaya tapi nyata. Bahwa dijaman seperti sekarang ini ada yang sanggup berbuat begitu! Sungguh diluar rasa perikemanusiaan! Bahkan tawanan Irakpun tidak sampai mengalami nasib seburuk itu.

Begitu rendahkah nilai TKI di mata mereka?
Ini bukan masalah Nirmala semata, seorang pejabat KBRI di Singapore membuka data mengejutkan betapa dalam tiga tahun terakhir 100 TKI meregang nyawa akibat jatuh dari gedung tinggi disana. Bahkan berita televisi sore ini mengabarkan nasib Sri, TKI kita di Arab Saudi yang pulang dalam keadaan koma akibat pukulan di kepala!

Tangis Nirmala, Tangis Sri dan tangis para TKI lainnya adalah tangis kita. Sampai kapan kita akan terus menutup mata? berpura-pura tuli sambil menikmati hasil keringat mereka? Bukankah negara kita ini dibangun dengan dana yang sebagian berasal dari hasil sabung nyawa mereka?

Monday, May 03, 2004

KILL BILL



Ada-ada saja kerjaan orang iseng, tapi salut untuk kreatifitasnya!
Cuman saya jadi mikir kalo ulah seperti ini juga di bikin disini, ngisengin foto mantan ibu negara apa gak bakal diserbu polisi dia?

WHY WORRY ?

Baby I see this world has made you sad
Some people can be bad
The things they do, the things they say
But baby I'll wipe away those bitter tears
I'll chase away those restless fears
That turn your blue skies into grey
Why worry, there should be laughter after the pain
There should be sunshine after rain
These things have always been the same
So why worry now
Baby when I get down I turn to you
And you make sense of what I do
I know it isn't hard to say
But baby just when this world seems mean and cold
Our love comes shining red and gold
And all the rest is by the way
Why worry, there should be laughter after pain
There should be sunshine after rain
These things have always been the same
So why worry now?

(taken from Dire Straits's Why Worry-Brothers in Arm album, 1985)

Monday, April 26, 2004

BAYI TANPA TULANG LAHIR DI BALIKPAPAN!



Sebuah koran lokal di Balikpapan hari ini memberitakan tentang lahirnya bayi tanpa tulang.
Menurut harian itu, kondisi bayi dengan berat 3,5 kg yang lahir di daerah Sepinggan itu, sampai saat ini sehat sehat saja. Hal ini juga dibenarkan oleh seorang dokter spesialis kebidanan yang menolong persalinan sang bayi.

"Awalnya memang agak rewel dan nyusunya sedikit, tapi sekarang sudah bisa minum banyak" ujar Butet Boru Sihombing, ibu sang bayi.

Ketika ditanyakan apakah sebelumnya telah mempunyai firasat akan melahirkan bayi tanpa tulang, Butet menjawab:
"Oh sama sekali tidak! Tadinya malah berencana akan menemani disini karena ini anak pertama saya, tapi tiba-tiba tulang harus dipanggil balik ke Medan karena ada urusan bisnis yang mesti di tuntaskan"

gdubrak!
##?&8

Sunday, April 25, 2004

1000 Puisi



Ingin kukirim padamu
seribu puisi cinta
mungkin terdengar picisan
tapi murni dari hatiku

Ingin kupersembahkan untukmu
seyuta untaian bait merdu merayu
masih saja terdengar picisan
namun lahir dari sanubariku

Ingin kuberikan buatmu
semilyar kisah kehidupan
terangkai dalam novel demi novel cermin langkah kita
pasti tidak picisan
karena ini buah cinta kita

Tapi mungkinkah semua itu muat
dalam 4 megabyte email account-mu?

Thursday, April 22, 2004

Terima Kasih, Kawan!



Kawan.
Perjalanan itu berakhir jua.
Banyak sudah kenangan tercipta.
Banyak sudah sejarah ditoreh.
Yang manis berlumur duka.
Yang pahit berbalur suka.
Membaur dalam lembar demi lembar catatan waktu
Lalu perlahan menguning disudut memori
Didekap erat debu

Hari ini
Genap tiga tahun sejak kali pertama kita bersua
Ada satu yang ingin ku-ungkap
Yang lama tersimpan rapi ditingkap nurani:

Terima kasih Kawan!
Untuk kebersamaan yang pernah ada
Untuk mimpi yang pernah terbagi
Untuk kepedulian dan persahabatan yang pernah -
dan masih akan terus mengalir.
sekarang dan selamanya.


(untuk teman-teman Brigade Siaga Bencana Departemen Kesehatan di CMU lt. 8 RSCM: "old rescuer never die; they just fade away")

Wednesday, April 07, 2004

SHOW ME YOUR SKIN

Kerja keras 3 hari ternyata gak sia-sia.
Mulai dari coret-coret di lembar maya Front Page. Asli 'trial & error'. Karena sebenarnya saya gak terlalu tau pake front page. Namun akhirnya blogskin asli made in fahrie itu selesai juga. Jauh dari sempurna, tapi setidaknya pas di hati.



Semuanya berangkat dari rasa tidak puas make skin orang lain. Sekian lama saya nyari skin yang kecil - "small is beautiful", kata Schumacher - tapi rasanya sulit banget untuk nemu yang kena di hati.
Setelah kepikiran terus bahkan sampe kebawa-bawa di mimpi -tsach! - rasa nekat muncul juga. Kenapa gak coba bikin sendiri? Mulailah perjuangan 3 hari, dari pagi sampe dini hari ngutak-ngatik kompi. Hasilnya bisa dilihat di sini.

Perkara bagus ato kagak ....... ahh itu terserah anda yang menilai sodara-sodara ...... yang jelas saya sih orgasme he he he

Thursday, March 25, 2004

ADA IJAH DI SIMPANG BULAK KAPAL
Sebuah Renungan

Anak perempuan kurus item kurang lebih sembilan tahun, menyanyi sambil bergantung dipintu mikrolet. Suatu siang di Bulak Kapal.
Sungguh, suaranya yang cempreng dan fales sama sekali tak mampu mengusir teriknya siang itu.
Seorang ibu gemuk, penumpang mikrolet bahkan memberengut mendengar nyanyiannya. Kalo sudah begini bisa dipastikan dia tak usah berharap mendapat sekeping dua keping dari saku ibu itu
Semoga masih ada dari penumpang lain.

Ketika dia turun dipersimpangan jalan yang macet, saya bergegas menyusulnya. Sekejap beberapa keping logam cepek-an berpindah tangan.
"Terima Kasih, Om" Ucapnya singkat. Sesaat ada binar dimatanya. Namun lantas lenyap ditengah kesibukannya celingukan mencari mikrolet lain yang belum digelayuti pengamen cilik lainnya.

Sorenya, ketika saya kembali melalui persimpangan yang macet itu, saya melihatnya lagi. Kali ini tampak lebih santai. Mungkin karena lelah setelah seharian berjemur. Iseng saya datangi dia. Kembali beberapa keping koin berpindah tangan. Kembali "terima kasih, Om"nya terucap. Kembali ada binar dimata lelahnya. Tapi kali ini dia tak langsung lari mengejar mikrolet.

Dari situ kemudian saya tahu sedikit tentang dia. Namanya Ijah. Mungkin dari Khadijah.
Sejak umur lima tahun dia sudah ditinggal mati ibunya.
Dia hidup bersama bapaknya yang juga mencari nafkah dengan cara mengamen.
Sekolah?
Tak pernah terbersit dibenaknya yang lugu.
"Saya mesti cari uang buat bantu bapak" Jawabnya polos.
Ada keriangan kanak-kanak yang terlihat ketika dia menghitung uang hasil ngamennya hari itu.
Keriangan polos dari seorang anak, yang belum lagi sadar betapa masa kecil dan masa depannya telah direnggut nasib.

Beberapa puluh tahun silam, bapaknya yang ngamen disitu, mungkin.
Hari ini, Ijah yang ngamen disitu
Besok, boleh jadi anak Ijah yang akan ngamen disitu
Di simpang Bulak Kapal.
Bagi mereka seolah tak ada jalan keluar.
Seolah tak mungkin untuk mengubah nasib.
Karena dijaman sekarang ini, bahkan bermimpipun harus bayar.
Apalagi sekolah!

Tidak jauh dari situ, dijalan tol Cikampek menuju Jakarta, Davin kecil, sembilan tahun, menggelendot manja dipangkuan ibunya. Didalam kenyamanan BMW X5. Bapaknya, lawyer lulusan Harvard. Kakeknya Komisaris di PT. Anu. Bagi Davin, jalan hidupnya seolah telah tergambar. Jelas.
Besok dia tinggal pilih mau sekolah kemana. Uang bukan masalah.

Ijah dan Davin memang berpijak dibumi yang sama, menghirup udara yang sama, tapi mereka hidup disiklus nasib yang sama sekali berbeda. Yang akan terus membelit mereka. Selamanya(?).

HELICOPTER UNDERWATER ESCAPE TRAINING
Sebuah Makna Yang Tersisa Dari Sepenggal Kisah Nyata

"Semuanya berlangsung begitu cepat"
Tutur Pak Abdul Yadi, salah seorang western cook di rig kami. Mata tuanya terlihat berkaca-kaca ketika menyoba memutar ulang kenangan dahsyat yang dialaminya beberapa tahun silam itu.
"Perjalanan belum lagi lama. Kami belum terlalu jauh dari rig. Namun beberapa teman mulai tertidur. Mungkin karena lelah. Entah kenapa saat itu mata saya terasa sulit terpejam"

Wajahnya terlihat tegang ketika melanjutkan ceritanya.
"Tiba-tiba helikopter terasa berguncang. Pilot masih sempat memperingatkan kami bahwa pesawat akan jatuh. Karena itu saya dan seorang kawan lagi yang juga masih terjaga sempat memperbaiki posisi duduk kami. Mengambil posisi Brace. Sesaat sebelum heikopter itu hilang kontrol dan jatuh ke laut dari ketinggian sekitar 300 kaki (kurang lebih 100 meter)".

"Mestinya helikopter itu tidak tenggelam karena ada pelampung otomatis yang akan mengembang saat bodinya menyentuh air, tapi saat itu - entah kenapa - pelampung tidak mengembang. Pesawat terus masuk kedalam air. Terbalik! Beruntung saya tetap sadar waktu itu. Saya buka jendela dan keluar dari heli". Lanjutnya lagi.
"Saat keluar, heli sudah berada dikedalaman 6 meteran dibawah permukaan air. Satu teman yang terjaga tadi berhasil keluar juga tapi dengan kaki patah"

Pak Abdul Yadi memang termasuk orang yang beruntung. Sulit rasanya membayangkan anda jatuh dari ketinggian 100 meter, masuk kelaut sampai kedalaman 6 meter, masih harus berjuang lagi untuk bisa keluar dari perangkap maut heli yang perlahan namun pasti bergerak makin dalam. Kecuali anda Bruce Willis dan sedang membintangi Die Hard III with a vengeance. Tapi apa yang diperlihatkan nasib kepada kita lewat cerita Pak Yadi adalah gambaran jelas betapa determinasi dan kegigihan bisa mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin!. Tanpa menafikan persiapan yang baik tentunya.

Dalam rangka bersiap-siap atau berjaga-jaga itulah, hari Selasa kemaren giliran kami yang diikutkan latihan menyelamatkan diri dari helikopter yang mendarat darurat atau tenggelam ke dalam air. HUET istilah kerennya. Helicopter Underwater Escape Training.

Bergiliran kami diminta masuk ke modul helikopter - yang sebenarnya lebih mirip bajaj Bajuri - kemudian dibalikkan kedalam kolam. Tiap orang kebagian jatah tiga kali. Sekali mesti bisa kabur lewat pintu darurat. Sekali lewat jendela. Dan yang terakhir, bebas milih lewat mana saja tapi tanpa aba-aba lebih dahulu. Baru duduk maniez tau-tau modulnya dibalik. Waduh!

Alhamdulillah saya bisa lolos dengan selamat tanpa kurang satu apapun dari tiga ujian itu. Betul-betul tanpa kurang, malah nambah setengah liter air kolam yang masuk kehidung, mulut dan telinga.

Diakhir latihan, ditangah napas yang terengah-engah, rasa sakit yang menusuk hidung, mata yang memerah, cerita Pak Yadi seolah terngiang kembali.
Hari ini saya duduk maniez di dalam modul yang terapung di kolam renang. Tanpa jatuh dari ketinggian, tanpa harus masuk kedalam laut. Tanpa harus berebut emergency exit dengan penumpang lainnya. Dan dikawal 3 penyelam. Rasanya masih saja begitu berat. Bagaimana kalo kecelakaan betulan?????

Jadi sadar betapa lemahnya saya sebagai manusia. Betapa kecilnya saya dibanding alam ini. Namun juga betapa keajaiban bisa terjadi kapan saja dengan ijin-Nya. Tanpa terasa ada sebutir air bening yang turun perlahan menyusuri pipi yang terbakar matahari.

Sekarang, baru saya pahami apa arti mata tua yang berkaca-kaca itu.

Monday, March 08, 2004

LAGI LAGI TENTANG KENANGAN

Agustus hari tiga belas
Sempurna sudah bahagia ini

Tatkala gelap mencumbui pantai
Hujan gerimis menemani
Amboi, akhirnja kuraih jua
Niat tulus merengkuhmu dalam dekapan
Kasih kita pun merekah indah
Seperti cinta dewa dewi

Ah, selaksa mimpi telah pula dirajut
Namun apa daya takdir datang merenggut asa
Yang lelah, kalah lantas terhempas
Warnai kelam jiwa jang merapuh
Ada yang masih tersimpan
Yang takkan sirna dari kenangan

Makassar, Maret 1998
untuk Asdiati Samanuddin dan sekeping hati yang terkojak

Saturday, March 06, 2004

All the man I am
You are the reason for me
You help me understand
I'll be your shelter from the rain that never ends
Girl , you've always got a friend in me

All the love we had
I should've know our love was older than the past
Throwing my life away on songs I never heard
Just the speaking of a single word
I made you die inside but you loved me

And don't believe the world
No, the world can't give us paradise
When you make your love to me
Till I just could not see the light
As long as I got you
As long as you got me
As long as we got you and I

I won't let you down
No better love will be there when you turn around
I'll be living for you till the ocean turns to sand
There will never be any man
Could love you just the way that I love you

So don't believe the world
No, the world can't give us paradise
In the eye within the storm
Just when I could not make it through the night
As long as I got you
As long as you got me
As long as we got you and I


Lagi kasmaran berat sama lagu kunonya Bee Gees ini.
Buat yang lupa, 'You and I' judulnya.
Tiap kali denger lagu ini selalu teringat masa kecil dulu.
Saat saya masih anak SD yang culun nan lugu.
Entah kenapa saya suka
Padahal waktu itu bahkan belum ngerti liriknya
Mungkin karena kakak saya keseringan nyetelnya
Bikin saya keseringan denger dan akhirnya jadi suka.

Sekian lama lagu ini hilang dari ingatan
Terbenam kedalam alam bawah sadar
Sampai suatu malam yang biasa-biasa aja
Ketika 5 orang dokter muda - istilah lainnya co-ass, mahasiswa kedokteran yang sedang magang di RS - memainkannya dengan diiringi gitar.
Di kamar co-ass yaga bangsal bedah Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo nun jauh di Makassar.
kenangan itu ditayang-ulangkan
Kali ini dalam bingkai yang berbeda.
Ada aroma persahabatan
Ada nuansa persaudaraan
Dari 5 anak manusia yang lelah mengejar mimpi.

Kini, 5 tahun setelahnya.
Kawan yang memainkan gitar itu kembali ke Wahidin
Melanjutkan mimpi menyadi tukang bius.
Si pengusul lagu hilang entah kemana.
Dua anak Hawa, salah satunya dinikahi seorang karyawan bank di Makassar
Konon sampai kini masih disana
Yang satunya juga entah dimana.
Satu orang lagi, yang malam itu menyanyi dengan fales-nya.
Sekarang merenung didepan komputer
Diketerpencilan sebuah anjungan minyak lepas pantai
In the middle of nowhere.
Masih merenung.

Tuesday, March 02, 2004

........

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

(Chairil Anwar - Derai derai cemara 1949)

Saturday, February 28, 2004

ONE LAST CRY

My shattered dreams and broken heart
Are mending on the shelf
I saw you holding hands
Standing close to someone else
Now I sit all alone
Wishing all my feelings was gone
I gave my best to you
Nothing for me to do
But have one last cry

One last cry
Before I leave it all behind
I gotta put you out of my mind this time
Stop living a lie
I guess I'm down to my last cry

Cry

I was here
You were there
Guess we never could agree
While the sun shines on you
I need some love to rain on me
Still I sit all alone
Wishing all my feelings was gone
Gotta get over you
Nothing for me to do
But have one last cry

One last cry
Before I leave it all behind
I goota put you out of my mind
For the very last time
Been living a lie
I guess I'm down, I guess I'm down
I guess I'm down
I guess I'm down
To my last cry


Last night I wake up abruptly in the middle of my sleep and heard this song playing softly from my TV set.
I used to love this song very much and heard it again in the darkness of my cabin just refresh my memory to the old time when I still in the medical school aproximately eight years ago.

I had broke up with my girlfriend and the lyric of this song really match with my feeling. Seems like this song written especially for me. That was the reason why I love this song.

Now, after heard it again, it make me wondering where are you now?
Are you still living in that city?
Still with him?
Are you happy with your 'guy of choice'?
I heard a lot of bad news about you
But I keep hoping that it all ain't true
My best wishes for you
Always.

Thursday, February 26, 2004

ADA APA DENGAN CINTA?

Valentine memang sudah lewat, lagian saya juga gak fanatik amat sama yang namanya pelentain dei itu - masa dalam 365 hari kita cuma ngasih satu hari untuk cinta, dikit amat! mestinya cinta selalu ada dalam untaian waktu, tul gak? - karena itu gak ada salahnya kalo sekarang kita merenung sejenak tentang substansi satu ini.

Ada apa dengan cinta?

Kemaren - dari hasil bertapa 2 minggu - saya baru sadar kalo cinta antara sepasang insan itu selalu berujung pada tiga hal:

Si Cowok ninggalin sang Cewek,
Sang Cewek ninggalin si Cowok
ato kalo mereka tetap bersama, Cinta yang beranjak pergi meninggalkan mereka.

I know it's sad but true
Setidaknya buat saya
sekarang terserah anda
..... believe it?
.....or not?

Wednesday, February 11, 2004

Dongeng Katak & Peramal


Seekor katak mendatangi seorang peramal untuk menanyakan nasibnya.
Setelah melewati serangkaian ritual dengan bola kristal, menyan, dan mantra-mantra akhirnya si Peramal menyimpulkan:

"Tahun depan kamu akan berjumpa dengan seorang gadis cantik. Dia akan menghabiskan waktunya berlama-lama dengan kamu, berduaan tentunya. Dia akan mencurahkan segala perhatiannya padamu dengan sungguh-sungguh ......."

Sang katak meloncat-loncat karena girangnya
"Dimana? dimana? Di pesta dansa?"

"Bukan" Jawab si Peramal "Di laboratorium biologi" :p

Monday, February 09, 2004

BARONESS ON FIRE!

Jangan buru-buru kaget dulu baca judul diatas! Baroness memang lagi 'on fire' tapi bukan kebakaran. Ada api yang menyala-nyala memang Besar. Terang. Panas.
Dan berdesis seperti suara kompor tukang nasi goreng yang suka lewat kalo malam.
Cuma ini dalam skala yang jauh lebih besar! Sampai terdengar menembus ketebalan dinding metal rig kami. Besar sekali!. Karena sumber energinya bukan sekedar 3-4 liter minyak tanah yang dipompakan ke dalam sebuah tabung kecil seperti milik si abang tukang nasgor itu.
Yang disini energinya luar biasa dahsyat. Berjuta-juta ton minyak bumi yang tersimpan di dalam 'tabung' perut bumi! Dahsyatnya kekuatan alam! Subhanallah!

Proses bakar-bakaran ini namanya DST atawa Drill Stem Testing.Gunanya untuk mengetahui seberapa kaya sumur yang baru saja kita gali, sebelum melangkah ke proses produksi yang berbiaya amat sangat tinggi itu. Laik-tidaknya sumur minyak itu diproduksi bergantung dari hasil tes ini. Hasilnya bagus berarti sumurnya layak jual, jelek berarti ditinggal. Usaha kita berminggu-minggu disini sama dengan nol. Dan kita mesti mulai dari awal lagi di lokasi yang baru.

Tingkat keberhasilan pencarian sumur produktif memang bisa 1 berbanding 10. Dari 10 kali eksplorasi paling 1 kali kita nemu sumber yang bagus. Jangan heran kalo harga minyak terus melambung tinggi. DST ini malah menjadi DST pertama bagi saya sejak bergabung dengan mereka 8 bulan silam.
Pertanda betapa dalam 8 bulan, baru sekali ini dirasa perlu menguji kekayaan isi sumur kita. Selebihnya tanpa perlu DST kita akan berpindah dan mencoba peruntungan baru.

Proses DST sendiri adalah proses berisiko tinggi. Wajar saja sebenarnya. Anak kecil juga tau kalo didekat dekat materi mudah terbakar seperti minyak atau gas haram menyalakan api. Ini malah sumur yang berisi minyak dan gas bertekanan kita bakar!
Karenanya rencana evakuasi jauh hari sudah dibicarakan. Dua kapal, Maersk Server dan Highland Guide stand by gak jauh dari Baroness, siap sewaktu-waktu untuk mendekat menjemput krew kalo proses DST berlanjut diluar kendali kita. Hari Sabtu kemaren latihan abandon rig dilaksanakan.
Sekarang krew yang non esensial dipulangkan, yang esensial namun tak harus bekerja diluar kena 'tahanan rumah' di living quarter. Nelayan yang biasanya berkumpul didekat rig dilarang mendekat siapa tau ada yang 'pura-pura bego' lantas merokok diperahunya. Yang pasti siperokok itu akan langsung melihat bahaya merokok dengan mata kepalanya sendiri he he he.

Rumit?
Seperti itulah prosesnya mendapatkan energi. Rumit memang!
Lantas kenapa gak dari sekarang kita mulai hemat energi?
Sudah!
Abis nulis komentar dan ngisi shoutbox disini, langsung matikan komputer anda!

Sunday, February 08, 2004

UNTUK ELLA

......................................
You say you feel so empty
That our house just ain't our home
I'm always somewhere else
And you're always there alone

Just a few more hours
And I'll be right home to you
......................................

(taken from Beth-KISS)

Wednesday, February 04, 2004

TENTANG SAYA
Sebuah keluh kesah

Dokter!
Kalo profesi itu terucap kira kira apa yang terbayang dikepala anda?
Sebuah mahluk berjas putih, santun, sedikit ja-im (jaga image), bau obat, ramah ditempat praktek tapi cuek beibih di rumah sakit, rapih dan ......... mmmmmh apa lagi ya? mapan? maybe some of them.
Nah kalo semua bayangan itu yang ada dikepala anda, saya jamin anda akan kaget saat ketemu saya.

Saya kerja ditempat yang sangat mengutamakan penampilan sebagai bagian dari layanan prima.
Rumah Sakit Pertamina Balikpapan - seperti halnya semua rumah sakit Pertamina lainnya - mewajibkan stafnya berbusana yang 'pantas'.
Dokter-dokter disini bukan hanya diminta ber-snell jas tapi kudu kumplit dengan dasi. Diajarin cara milih warna kemeja, celana, kaos kaki sampai sepatu, cocokin dengan dasi, mix and match, dan segala tetek bengek (catatan: bengek disini gak sama dengan asma :p) lainnya. Dana khusus bahkan dicurahkan untuk mengirim stafnya ikut beragam latihan kepribadian.
Untunglah saya kebagian tugas di rig, yang gak peduli saya pake baju apa - yang penting jangan telanjang aja!

Sumpah! Saya sangat menghargai mereka yang bisa dan suka berpenampilan begitu. Tapi kenapa ya sampai sekarang saya masih merasa seolah itu bukan bagian dari diri saya?

Sejak awal saya selesai dari medical school sampai sekarang, saya selalu memilih kerja dilapangan. Diantaranya karena alasan busana tadi. Saya suka berpakaian apa adanya. Tidak harus jaga image. Lepas. Bebas. Dan saya menemukan kebahagiaan disitu.
Saya menikmati saat saat berbaur dengan para pengungsi Timor-Timur di kamp-kamp di Atambua, atau dengan orang-orang Madura yang terusir di Pontianak. Saya bisa lelap tidur beralaskan koran dikantor depkes di Nunukan saat ribuan orang kita terdepak dari Malaysia, kala losmen menjadi barang mewah dan bisa mandi sekali sehari adalah anugerah. Terus terang saya malah orgasme disana!

Bagi saya ditempat dan saat seperti itulah mereka bisa menerima saya apa adanya. Seorang dokter - dalam pengertian sebenar-benarnya dokter - yang bertugas membantu mereka. Tanpa harus berdasi. Tanpa mesti berjas putih.
Mungkinkah saya memang ditakdirkan untuk harus selalu ada dilapangan?

Problemnya adalah waktu.
I'm getting older.
Kalo dulu saya bebas kemana aja, gak pulang berlama-lama. Sekarang ada dua mahluk mungil yang juga butuh perhatian saya. Tiga dengan mamanya.
Mereka memang masih terlalu kecil untuk bisa protes kenapa papanya jarang dirumah. Sementara istri saya - thank God! - adalah orang yang paling bisa memahami dan menerima saya dalam satu paket seutuhnya dengan segala kekurangan saya.
Tapi pandangan asing Farrell - anak saya yang tertua umurnya belom genap 2 tahun - dimenit-menit awal setiap saya pulang kerumah dari kerja, adalah sembilu yang tajam menyayat nurani saya.
Tangis kerasnya - pengen ikut - tiap kali saya berangkat dari rumah untuk balik ke rig - meninggalkannya berlama lama lagi - membuat langkah demi langkah menjadi begitu berat dan tanpa arah.

Haruskah saya mencoba untuk mengubah semua kebiasaan saya? membuang salah satu sumber kebahagiaan saya?
Mengumpulkan semua jins belel, celana kargo, kaos oblong, sepatu bot kedalam sebuah kotak kardus dan menyimpannya digudang untuk berganti menjadi hem licin anti wrinkle tersetrika rapi, dasi sutra, snell jas, celana wol, sepatu pantovel hitam berkilat dengan kaos kaki berwarna senada. Mulai jaga image dan berubah menjadi stereotipi dokter lazimnya untuk bekerja dirumah sakit?
Ahh ........
Memikirkanya saja kepala saya mulai nyut-nyutan :(

Sunday, February 01, 2004

RIDERS OF THE TIDES
Yang tersisa Dari Sepenggal Kenangan

Hujan disertai angin yang menerpa Jakarta kemaren rupanya berpindah ke selat Makasar.
Sejak sore tadi Ocean Baroness kuyub diguyur air dari langit. Gelombang laut pun terlihat lebih besar dari biasanya. Membuat rig ini berayun dimainkan ombak.

Entah karena hujan - ada yang bilang 3 hal yang ngingetin kita ke masa silam: hujan, lagu, dan parfum - atau malah karena ayunan rig yang bikin memori saya seperti diputar ulang kembali ke masa saya di kerja di kapal dulu. Aneh juga bahwa semuanya serasa terbentang jelas dikepala. Seolah baru kemaren.

Mulai dari perjalanan 27 jam Jakarta-Bali dengan bis Pahala Kencana, nyambung lagi dengan angkot ke Benoa untuk nginap semalam di wisma pelaut 'Yangkar Mas' dekat situ. Murah! Cuman 40 ribu untuk kamar bersih berpendingin udara, double bed, dan wc didalam. Lebih dari cukup buat sekedar meluruskan punggung setelah duduk sehari semalam. Dan yang paling asyik karena besoknya saya akan mulai di'baptis' jadi popeye the sailorman. Untaian bait indah karya Gibran pun menari di benakku:

"Sons of my ancient mother, you riders of the tides,
How often have you sailed in my dreams. And now you come in my awakening, which is my deeper dream.
Ready am I to go, and my eagerness with sails full set awaits the wind.
Only another breath will I breathe in this still air, only another loving look cast backward,
Then I shall stand among you, a seafarer among seafarers.
And you, vast sea, sleepless mother,
Who alone are peace and freedom to the river and the stream,
Only another winding will this stream make, only another murmur in this glade,
And then shall I come to you, a boundless drop to a boundless ocean."


Sekian lama bait itu saya simpan bersama mimpi.
Mekar mewangi tiap kali saya melihat mereka.
Para pelaut dengan seragam serba putih.
Mulai besok saya akan jadi salah satu dari mereka!
Sayapun tertidur dan bermimpi menjadi nahkoda.

Esoknya, Yang ditunggu tiba. 10.00 a.m KM Awu merapat di dermaga.
Baru tahu kalo kapal ini kapal tua. Daya tampung penumpangnya 1000 orang. ABK-nya 70 orang, semuanya ramah-ramah.
Kabin saya di dek 6. Bersebelahan dengan kamar penyanyi. Anak Band - 5 orang - kamarnya di depan. Klinik saya punya 4 kamar. Satu sebagai klinik, satu untuk karantina penderita penyakit menular, dua sisanya sebagai ruang rawat inap.
Di klinik saya bekerja dengan satu orang perawat. Pasien sedikit hanya 5-6 orang sehari. Selebihnya santai!

Malam, selepas jam 9 ada band di salon.
Disana saya mulai belajar dansa, cha-cha sampai joget dangdut.
Disana juga saya mulai kenal wanita. Awalnya di'pasok' teman-teman. selanjutnya mulai berburu sendiri.
Masa jahiliyah pun dimulai.

Friday, January 30, 2004

LIVING IN A BOX
Terpencil Tapi Tidak Terkucil

Seorang teman ngirim imel ke saya nanyain gimana sih rasanya hidup di rig?
Itu pertanyaan ulangan ke 1234 yang mesti saya jawab tiap kali saya bilang dimana tempat kerja saya.
Dan pasti akan nyambung lagi dengan pertanyaan klasik selanjutnya - yang lebih berbau pernyataan - wah sepi ya terkucil begitu?

Biar saya gak mesti ngulangin cerita yang sama untuk ke 1235 kalinya, sekalian aja deh saya posting disini biar kalo ada yang nanya -nanya lagi saya tinggal bilang:
"Mo tau? Buka aja di www.sisi-lain.blogspot.com".
Yah ....... itung-itung promosi blog sendiri he he he.

Begini ceritanya: (lho kok malah seperti kismis?)

Anjungan lepas pantai alias Offshore Rig tempat saya mencari sesuap nasi ini milik Diamond Offshore Drilling Inc. Namanya Ocean Baroness - yang terjemahan bebasnya berarti Ratu Laut Selatan :)
Masuk ke perairan Indonesia sejak Maret 2003 setelah dikontrak oleh Unocal Indonesia.
Rig ini jenis semisubmersible. Pertama kali dibangun di Norway tahun 1973 - cukup lawas - tapi karena tahun 2001 kemaren di-upgrade lagi di Keppel FELS singapore walhasil jadinya tua-tua kedondong makin tua makin kinclong.
Dimensinya 347 ft kali 337 ft kali 128 ft. Luas helipadnya 84 ft kali 84 ft.
Rig ini lumayan canggih, mampu beroperasi di laut dalam (tapi di tambaknya haji Yasin pasti gak bisa) sampai kedalaman laut 6000 feet atawa kurang lebih 2000 meter. Daya ngebornya sampai kedalaman 35.000 kaki (Inul pasti kalah). Rig ini adalah rig pencari minyak. Bukan rig produksi. Jadi tugasnya cuma sampai menemukan minyak kemudian berpindah lagi ke lokasi lain.

Jumlah Crew-nya bervariasi - tergantung lagi ngerjain apa - tapi maksimal 140 orang.

Living Quarter, tempat kita tinggal ada tiga lantai. Lantai satu setiap kamar empat bed ditempati oleh para Roustabout, yang bertugas ngangkat-ngangkat barang - bisa ditebak - semuanya orang Indonesia, Roughneck atau istilah lainnya Floorhand, yang bertugas di tempat pengeboran - juga orang kita semua serta para Catering Crew.
Di lantai dua jadi tempat istirahat service company, perusahaan pihak ketiga yang dikontrak untuk membantu proses pengeboran. Mereka adalah para engineer dari Schlumberger Anadrill, Dowell cementer, Oceaneering, MI, Geoprolog, Brandt, BJ tubular, Halliburton, Baker Hughes dan lain-lain. Separohnya Expatriat separoh lagi Indonesia.
Di lantai tiga - sekamar berdua - tempat para crew Diamond Offshore dan Unocal. Bersebelahan kamar dengan saya - disisi kiri - adalah Unocal Drilling Foreman, yang jadi big boss disini. Karena operasi pengeboran ini dibiayai Unocal makanya dia disebut juga CompanyMan. Disisi kanan kamar saya adalah kamar OIM atau Offshore Instalation Manager, bos besarnya Diamond di sini. Ada lagi Rig Superintendent, Barge Master, Tool Pusher, Driller, Electrician, Mechanic Technician, Electronic Technician, Sub Sea Engineer, SafetyMan yang semuanya dari Diamond, Juga Night Companyman (kita kerjanya nonstop siang-malam) dan Geologist dari Unocal. Hampir semua penghuni lantai tiga adalah expatriat kecuali saya dan Liason Officer - wakil pemerintah Indonesia - perwira dari TNI AL yang bertukar setiap 7 minggu.

Karena Ocean Barones bekerja dilaut dalam, lokasi kita umumnya jauh dari pantai. Posisi sekarang perlu waktu satu jam naek chopper atau lima jam naek boat untuk bisa ke sini. Jauh memang. Terpencil!. Tapi syukurlah tidak terkucil. Kita bisa tetap berhubungan dengan 'dunia luar' lewat telepon, internet. Barangkali kalo ada yang terasa hilang hanyalah si abang tukang koran yang nimpuk kita pake koran tiap hari. Dan pastinya tukang ketoprak yang tiap pagi rame ngetok-ngetok pancinya di depan rumah.

Soal makanan - nyebut ketoprak langsung inget makanan - berlimpah ruah disini. Selalu ada dua jenis, western food dan national food. Jadwal makan 4 kali sehari. Jam 5 sampai 7 pagi, 11 sampai 1 siang, 5 sampai 7 malam dan 11 sampai 1 dinihari. Diantaranya - jam 9-10 pagi, jam 3-4 sore, jam 9-10 malam dan jam 3-4 dinihari - diisi dengan coffee break. Jangan heran kalo tiap kali kesini berat badan saya nambah 3 kilo! Untungnya balik ke rumah - ketemu ketoprak lagi - bisa turun 2-3 kilo :)

Hiburan - biar gak bete - dikasih Indovision dan selalu disuplai dengan pilem-pilem DVD terbaru. Tapi karena beberapa crew suka bawa pilem biru akhirnya tetap aja bete alias birahi tinggi :p
(Oohh I Love the Blue of Indonesia he he he . . . . . )

Bete yang belakangan disebut sebenarnya memang wajar-wajar saja. Jadwal kerja sebagian besar crew disini adalah 4 - 4. 4 minggu di rig 4 minggu off. Dan mereka semuanya adalah pria dewasa normal.
Tinggal gimana penyelesaiannya.
Yang fisiologis dan religius sih bisa dengan cara berolah raga. Pihak Rig menyadari itu dan memfasilitasi dengan satu ruang fitness.
Cara lain?
Tiap minggu kita dapat stok sabun yang banyak he he he
Ini sih buat mandi tapi kalo mo dipake lain ?
Seperti kata iklan:
Selanjutnya terserah anda he he he.

WASPADALAH! WASPADALAH!

Refugee Camp Yamussoukro.
Abidjan,Cote d'Ivoire.

Dear Friend,
It's my desire of going into business relationship with you. I know you might be surprised on recieving this mail due to we have not met before. By brief introduction , I am ******, a citizen of Cote d'Ivoire and the only Son of late Dr. and Mrs. ***** ******.

My late parents were killed by the military rebels in my home town BOUAKE the second Economic Capital of Cote d'Ivoire during the recent political Crisis of 19th september 2002. My parents were wealthy Cocoa Merchants before they were brutally assasinated by these rebels.

Before their death in a private specialist hospital , my father secretly told me of the total amount of thiz fund which vault to sum of US$65 million dollars he deposited in one of the well known
security company here in Abidjan, Cote d'Ivoire to be transferred to any foriegn account of his business partnership for investment abroad in his proposed invest thiz, he wanted to established with the
assistance of a foreigner as co beneficiary to the fund.

My father also told me his intension to invest this money in any good investor or companies over sea like America, Europe or asia .

My Dear, I am honourably seeking your assistance to stand as our Next of Kin and foreign partner to our late father and to act as guardian of the money and provide a bank account for the transfer of this fund
into your bank on our behalf for our future development.

I will be very gratefull if you will respond to this mail with urgency,your name, direct fax line and your phone line will also be highly needed for easy contact.

Sincerely
********



Untuk yang pake jasa imel gratisan alias zonder bayar, saya yakin pernah dapat imel kaya gini.
Buat saya ini betul-betul mengganggu!
Meski saya belum tahu modus operandi apalagi yang mereka pake, tapi saya yakin ini salah satu bentuk penipuan gaya baru.

Kalo satu orang janda jenderal dari Afrika sono tiba-tiba ngirim imel kaya gini mungkin - kalo lagi goblok - saya bisa aja percaya, tapi saya dapat imel seperti ini lebih dari sepuluh kali! Gile nggak???

Kalo lagi gini gambaran yang pertama muncul di memori saya pastilah image seorang laki-laki kekar dengan badan bertato dibalik jeruji penjara yang ngomong seperti ini:
"Ingat! Kejahatan bisa terjadi bukan hanya karena ada motif tapi juga karena ada kesempatan!
Waspadalah! WASPADALAH!"


Thursday, January 29, 2004

Kulihat Kau Pagi Ini


Kulihat kau pagi ini
Dibalut daster kembang-kembang
Ada lelah di wajahmu
Dan rona merah di putih matamu
Namun senyum itu tetap membayang
Saat kau bangkit mengganti popok yang kembali basah
Lalu ketika matamu menatap mataku
yang lengket dengan tumpukan belek
sisa tidur pulas semalam
Senyum itu mengembang menjadi mawar
Wanginya merasuk dalam setiap lekuk benakku
Mengalir deras di pembuluh darahku
Seketika sukmaku menjerit
Ditusuk duri rasa bersalahku

Tuesday, January 13, 2004

HITAM

Malam larut dalam sepi
Hanya temaram layar mesin pintar
yang berpendar memberi warna
mengisi sisi gelap relung kamarku

Kelam itu memagut lagi
Mengalir pelan laksana tetes demi tetes cairan merah kehidupan
yang menggenang di lantai nurani
perlahan
tapi pasti merenggut sadarku

ada Gordon Summer bersenandung resah
"I'm an allien!I am a legal allien!"
lantas akupun merasa begitu terasing

ada Chuck Norris yang mengamuk di HBO
mengumbar butir peluru, dendam dan amarah
merah darah dimana-mana

ada aku yang dipaku hening disini
sendiri
gelap
dan bersimbah darah

lalu silet itu terlepas dari genggamku
semuanya berubah hitam

Wednesday, January 07, 2004

PEACEBLOGS & JALAN SETAPAK MENUJU NIRWANA

Tengah asyik mengutak-atik weblog, babeh satu ini datang menyapa. Menebar wangi persahabatan.

Kunjungan balik pun spontan ditempuh.
Perjalanan menuju dunia lain yang sangat menarik, melewati jalan setapak menuju nirvana.
Untuk sampai di titian alam.
Dan menemukan sepasang sandal jepit :p
Yang tergeletak pasrah di gerbang perkenalan.

"...... bakalan berharga sekali idup gw kalo sampe kenal elo"

Begitu tulisnya di situ.
Ahh, bukannya dunia kita yang jadi lebih berwarna setelah kenal dengan babeh?

Masih dari situ, saya menemukan .


"Peaceblogs.org is a site devoted to making connections between bloggers who oppose the war against Iraq. Regardless of your ideology or political affiliation, your nation of origin, or the size or scope of your site, if you oppose the war and use your weblog to express that opposition, your site is welcome among our listings.
There is, they say, strength in numbers. We who oppose the war are many. Together our voices will be heard"


Perang Irak memang officially over, tapi hawa invasi, ketidakadilan dan bau amis darah masih keras tercium disana, belum lagi di belahan bumi yang lain.
Bersama dengan 1619 blogger dari 61 negara, sayapun serta merta bergabung.
Bukan karena ikut-ikutan.
Sama sekali tidak!
Tapi karena saya percaya - apapun alasannya - kekerasan apalagi pembunuhan dan perang tidak akan pernah bisa membuat dunia ini lebih baik.
Bukan begitu?

SISI LAIN = MY DARK SIDE?

NO !!!!! Absolutely Not!
Kemaren di sini - karena blog ini belum punya taggie - seorang sahabat bertanya seperti itu.
Masuk ke sisi-LAIN seorang fahrie - katanya - yang terasa adalah kekosongan dan kesepian yang teramat sangat.
Is that true?

Jawabannya pasti tidak!
My world is not that dark, Thank GOD!.
Maybe it's just a small part of me.
Bagian kecil yang kebetulan nongol lebih dulu di lembar-lembar awal blog ini.
Tapi percayalah
The more you read this blog, the more you'll find out
that I'm just a happy, peaceful, and loving :p human being
With tiny portion of dark side

Monday, January 05, 2004

The father came back from the funeral rites.

His boy of seven stood at the window,
with eyes wide open and a golden amulet hanging from his neck,
full of thoughts too difficult for his age.

His father took him in his arms and the boy asked him, "Where is mother?"
"In heaven," answered his father, pointing to the sky.

At night the father groaned in slumber, weary with grief.
A lamp dimly burned near the bedroom door, and a lizard chased moths on the wall.

The boy woke up from sleep, felt with his hands the emptiness in the bed,
and stole out to the open terrace.

The boy raised his eyes to the sky and long gazed in silence.
His bewildered mind sent abroad into the night the question, "Where is heaven?"

No answer came:
and the stars seemed like the burning tears of that ignorant darkness.


(Rabindranath Tagore - Fugitive II-21)