Ganti Edjaan Lama

balik ke Edjaan Lama

Sunday, February 01, 2004

RIDERS OF THE TIDES
Yang tersisa Dari Sepenggal Kenangan

Hujan disertai angin yang menerpa Jakarta kemaren rupanya berpindah ke selat Makasar.
Sejak sore tadi Ocean Baroness kuyub diguyur air dari langit. Gelombang laut pun terlihat lebih besar dari biasanya. Membuat rig ini berayun dimainkan ombak.

Entah karena hujan - ada yang bilang 3 hal yang ngingetin kita ke masa silam: hujan, lagu, dan parfum - atau malah karena ayunan rig yang bikin memori saya seperti diputar ulang kembali ke masa saya di kerja di kapal dulu. Aneh juga bahwa semuanya serasa terbentang jelas dikepala. Seolah baru kemaren.

Mulai dari perjalanan 27 jam Jakarta-Bali dengan bis Pahala Kencana, nyambung lagi dengan angkot ke Benoa untuk nginap semalam di wisma pelaut 'Yangkar Mas' dekat situ. Murah! Cuman 40 ribu untuk kamar bersih berpendingin udara, double bed, dan wc didalam. Lebih dari cukup buat sekedar meluruskan punggung setelah duduk sehari semalam. Dan yang paling asyik karena besoknya saya akan mulai di'baptis' jadi popeye the sailorman. Untaian bait indah karya Gibran pun menari di benakku:

"Sons of my ancient mother, you riders of the tides,
How often have you sailed in my dreams. And now you come in my awakening, which is my deeper dream.
Ready am I to go, and my eagerness with sails full set awaits the wind.
Only another breath will I breathe in this still air, only another loving look cast backward,
Then I shall stand among you, a seafarer among seafarers.
And you, vast sea, sleepless mother,
Who alone are peace and freedom to the river and the stream,
Only another winding will this stream make, only another murmur in this glade,
And then shall I come to you, a boundless drop to a boundless ocean."


Sekian lama bait itu saya simpan bersama mimpi.
Mekar mewangi tiap kali saya melihat mereka.
Para pelaut dengan seragam serba putih.
Mulai besok saya akan jadi salah satu dari mereka!
Sayapun tertidur dan bermimpi menjadi nahkoda.

Esoknya, Yang ditunggu tiba. 10.00 a.m KM Awu merapat di dermaga.
Baru tahu kalo kapal ini kapal tua. Daya tampung penumpangnya 1000 orang. ABK-nya 70 orang, semuanya ramah-ramah.
Kabin saya di dek 6. Bersebelahan dengan kamar penyanyi. Anak Band - 5 orang - kamarnya di depan. Klinik saya punya 4 kamar. Satu sebagai klinik, satu untuk karantina penderita penyakit menular, dua sisanya sebagai ruang rawat inap.
Di klinik saya bekerja dengan satu orang perawat. Pasien sedikit hanya 5-6 orang sehari. Selebihnya santai!

Malam, selepas jam 9 ada band di salon.
Disana saya mulai belajar dansa, cha-cha sampai joget dangdut.
Disana juga saya mulai kenal wanita. Awalnya di'pasok' teman-teman. selanjutnya mulai berburu sendiri.
Masa jahiliyah pun dimulai.

No comments: