Ganti Edjaan Lama

balik ke Edjaan Lama

Thursday, March 25, 2004

HELICOPTER UNDERWATER ESCAPE TRAINING
Sebuah Makna Yang Tersisa Dari Sepenggal Kisah Nyata

"Semuanya berlangsung begitu cepat"
Tutur Pak Abdul Yadi, salah seorang western cook di rig kami. Mata tuanya terlihat berkaca-kaca ketika menyoba memutar ulang kenangan dahsyat yang dialaminya beberapa tahun silam itu.
"Perjalanan belum lagi lama. Kami belum terlalu jauh dari rig. Namun beberapa teman mulai tertidur. Mungkin karena lelah. Entah kenapa saat itu mata saya terasa sulit terpejam"

Wajahnya terlihat tegang ketika melanjutkan ceritanya.
"Tiba-tiba helikopter terasa berguncang. Pilot masih sempat memperingatkan kami bahwa pesawat akan jatuh. Karena itu saya dan seorang kawan lagi yang juga masih terjaga sempat memperbaiki posisi duduk kami. Mengambil posisi Brace. Sesaat sebelum heikopter itu hilang kontrol dan jatuh ke laut dari ketinggian sekitar 300 kaki (kurang lebih 100 meter)".

"Mestinya helikopter itu tidak tenggelam karena ada pelampung otomatis yang akan mengembang saat bodinya menyentuh air, tapi saat itu - entah kenapa - pelampung tidak mengembang. Pesawat terus masuk kedalam air. Terbalik! Beruntung saya tetap sadar waktu itu. Saya buka jendela dan keluar dari heli". Lanjutnya lagi.
"Saat keluar, heli sudah berada dikedalaman 6 meteran dibawah permukaan air. Satu teman yang terjaga tadi berhasil keluar juga tapi dengan kaki patah"

Pak Abdul Yadi memang termasuk orang yang beruntung. Sulit rasanya membayangkan anda jatuh dari ketinggian 100 meter, masuk kelaut sampai kedalaman 6 meter, masih harus berjuang lagi untuk bisa keluar dari perangkap maut heli yang perlahan namun pasti bergerak makin dalam. Kecuali anda Bruce Willis dan sedang membintangi Die Hard III with a vengeance. Tapi apa yang diperlihatkan nasib kepada kita lewat cerita Pak Yadi adalah gambaran jelas betapa determinasi dan kegigihan bisa mengubah yang tak mungkin menjadi mungkin!. Tanpa menafikan persiapan yang baik tentunya.

Dalam rangka bersiap-siap atau berjaga-jaga itulah, hari Selasa kemaren giliran kami yang diikutkan latihan menyelamatkan diri dari helikopter yang mendarat darurat atau tenggelam ke dalam air. HUET istilah kerennya. Helicopter Underwater Escape Training.

Bergiliran kami diminta masuk ke modul helikopter - yang sebenarnya lebih mirip bajaj Bajuri - kemudian dibalikkan kedalam kolam. Tiap orang kebagian jatah tiga kali. Sekali mesti bisa kabur lewat pintu darurat. Sekali lewat jendela. Dan yang terakhir, bebas milih lewat mana saja tapi tanpa aba-aba lebih dahulu. Baru duduk maniez tau-tau modulnya dibalik. Waduh!

Alhamdulillah saya bisa lolos dengan selamat tanpa kurang satu apapun dari tiga ujian itu. Betul-betul tanpa kurang, malah nambah setengah liter air kolam yang masuk kehidung, mulut dan telinga.

Diakhir latihan, ditangah napas yang terengah-engah, rasa sakit yang menusuk hidung, mata yang memerah, cerita Pak Yadi seolah terngiang kembali.
Hari ini saya duduk maniez di dalam modul yang terapung di kolam renang. Tanpa jatuh dari ketinggian, tanpa harus masuk kedalam laut. Tanpa harus berebut emergency exit dengan penumpang lainnya. Dan dikawal 3 penyelam. Rasanya masih saja begitu berat. Bagaimana kalo kecelakaan betulan?????

Jadi sadar betapa lemahnya saya sebagai manusia. Betapa kecilnya saya dibanding alam ini. Namun juga betapa keajaiban bisa terjadi kapan saja dengan ijin-Nya. Tanpa terasa ada sebutir air bening yang turun perlahan menyusuri pipi yang terbakar matahari.

Sekarang, baru saya pahami apa arti mata tua yang berkaca-kaca itu.

No comments: