Ganti Edjaan Lama

balik ke Edjaan Lama

Monday, September 28, 2015

Segores catatan tentang Makassar

Menelusuri jalan jalan di Makassar, 
memunguti serpihan kenangan tanah kelahiranku. 

Senin pagi menggeliat malas seolah enggan melepas selimut hangat akhir pekan. 
Tak ada rush layaknya kesibukan Jakarta yang nyaris tanpa hati itu. 
Disini - di Makassar- detak waktu seolah berjalan lebih lambat. 
Aku melangkah melewati kedai kopi di sisi hotel yang sesak oleh pekerja kantoran. 
Mereka pun terlihat santai bercengkrama satu sama lain. 
Relax! 
Stress free! 
Jauh beda dengan Jakartaku kini.

Tanpa terasa, nyaris 15 tahun berlalu 
sejak terakhir kali aku mengumpulkan semua yang bisa dibawa. 
Memulai pengembaraan ku, seorang lelaki kecil dengan mimpi besar,
Seorang dokter belia - fresh from oven - yang ingin melihat dunia.

Makassar- definitely not the place for me - to grow old and die. 
Demikian pikir ku saat itu.
Bagaikan Komander yang membakar kapalnya begitu berlabuh 
supaya tak ada opsi pulang 
rumah tua di daerah Cendrawasih itu berpindah tangan. 
Aku membakar kapalku!

15 tahun berlalu
Belasan kota, beribu kisah
Bangkok, KL, Spore, Kuala Belait, Bali,Jakarta, Banda Aceh, Balikpapan, Bekasi mengisi lembar hidupku mengais rejeki.
Seorang mojang Sunda kini mendampingi hari dan hatiku, 
tiga anak kecil yang lucu-lucu meramaikan hidupku.
Mereka segalanya bagiku sekarang

Ratusan baliho, belasan wajah seolah menyambut datangku.
Makassar tengah pusing memilih walikotanya
Segudang janji diumbar, 
selaksa mimpi diuntai bak serenade indah dari bibir bibir mereka.
Semuanya berlomba menjanjikan perubahan.

Dan Makassarpun bermetamorfosis 
Jalan jalan yang dulu lengang kini sesak 
Macet! 
Penyakit kota besar menghinggapi 
Menara menara beton berlomba menjangkau langit.
Meninggalkan mereka yang kalah, terkapar dalam lumpur dan jelaga kemiskinan. 
Kapitalisme merasuk sendi-sendi kotaku.

Namun ritme kehidupan yang mengalir tenang itu masih ada disini
Membuai....
Sekaligus mengusik benakku 
Mempertanyakan kembali pilihanku dulu

This is not a bad place anyway
....to grow old and die

No comments: